Akan tetapi, tak lama setelah smelter nikel ini dibangun, perusahaan asal Singapura tiba-tiba masuk dan mengambil alih.
Tentu pengambil alihan ini dilakukan secara legal, karena perusahaan Singapura tersebut kini memegang mayoritas sahamnya.
Perusahaan asal Singapura yang dimaksud adalah Taixin Pte.Ltd, yang kini memegang saham sebesar 51%.
Tindakan ini sebenarnya juga dilakukan agar dapat meningkatkan modal dasar baik saham di seri A ataupun seri B.
Apalagi investasi yang diperlukan dalam membangun pabrik pemurnian di Morowali ini juga tidaklah sedikit.
Dilansir paradapos.com dari vale.com, anggaran yang diperlukan dalam membangun tempat pemurnian mineral ini yakni sebesar Rp37,5 triliun.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: innalar.com
Artikel Terkait
Kredit Perumahan Mandek, Menteri Keuangan Khawatirkan Daya Beli Masyarakat
Bursa Asia Anjlok: Penyebab, Dampak ke Indonesia, dan Prediksi ke Depan
Analisis IHSG Hari Ini: Proyeksi 8.150-8.350 Dipicu Data Ekonomi Q3 2025 & Rebalancing MSCI
Semangat Cokroaminoto & Program Koperasi Desa Merah Putih: Strategi Menkop Ferry Bangun Ekonomi Umat