JEJAK Mafia Migas Riza Chalid, 6 Kasus Kontroversial Yang Tak Pernah Terungkap

- Rabu, 26 Februari 2025 | 08:05 WIB
JEJAK Mafia Migas Riza Chalid, 6 Kasus Kontroversial Yang Tak Pernah Terungkap

Dugaan praktik kartel ini mencuat seiring dengan reformasi tata kelola impor minyak di Pertamina.


3. Dugaan Pengaruh dalam Pengadaan Minyak Pertamina


Riza Chalid disebut memiliki hubungan kuat dengan pejabat Pertamina dalam pengadaan minyak mentah dan BBM.


Namanya kerap dikaitkan dengan kebijakan impor minyak yang lebih menguntungkan pihak-pihak tertentu dibandingkan menggunakan produksi dalam negeri.


4. Polemik dengan Petral


Petral atau Pertamina Energy Trading Ltd. adalah anak usaha Pertamina yang dulu menangani impor minyak, diduga dikuasai oleh sejumlah pihak, termasuk Riza Chalid.


Ketika pemerintah membubarkan Petral pada 2015 karena dugaan mafia migas, banyak pihak menduga bahwa kebijakan ini mengikis pengaruh Riza Chalid dalam bisnis impor minyak nasional.


5. Kasus Dugaan Pengemplangan Pajak


Riza Chalid juga pernah dikaitkan dengan dugaan penghindaran pajak terkait bisnis minyaknya.


Meskipun tidak ada kasus yang terbuka secara langsung ke publik, spekulasi mengenai praktik penghindaran pajak dalam bisnis minyak sering muncul dalam diskusi mengenai mafia migas di Indonesia.


6. Kasus Minyak Mentah Zatapi


Investigasi Tempo pada 2008 mengungkapkan Riza bersama Schiller Marganda Napitupulu dan Irawan Prakoso terlibat dalam patgulipat impor 600 ribu barel minyak mentah Zatapi.


Namun, satu transaksi pembelian minyak mentah itu menyebabkan Pertamina tekor Rp 65 miliar.


Dalam laporan Tempo edisi 24 Maret 2008 berjudul “Zatapi dengan Sejumlah Tapi,” disebutkan bahwa kecurigaan adanya ketidakberesan dalam impor minyak Zatapi menyeruak di kalangan peserta tender ketika Pertamina ”menyembunyikan” harga penawaran Gold Manor dan formula Zatapi.


Berkembanglah dugaan bahwa Zatapi merupakan campuran Dar Blend dari Sudan dan kondensat Terengganu dari Malaysia.


Itu tak jadi soal, kata Direktur Utama Pertamina Ari H. Soemarno. Toh, minyak mentah itu dibeli dengan harga murah. ”Diskonnya US$ 2,28 per barel,” ujar Ari saat itu.


Tetapi jika kalkulasi didasari harga pasar Dar Blend dan Terengganu pada saat itu, harga pembelian yang disebut Ari tak bisa dibilang murah.


Hitung-hitungan beberapa trader minyak malah menyebutkan harga itu masih terlalu mahal US$ 11,72 per barel. 


Ini angka setelah dipotong ongkos angkut dan keuntungan trader. Jika itu benar adanya, dengan volume 600 ribu barrel, Pertamina tekor Rp 65,5 miliar.


Meski begitu, polemik kasus impor minyak Zatapi tersebut pada akhirnya dihentikan oleh Bareskrim Polri karena dinilai tidak merugikan negara.


Sejak saat itu hingga kini nama Riza Chalid tak pernah tersentuh.


Sumber: Sawitku

Halaman:

Komentar