Lalu variabel ketiga adalah individu seorang Prabowo Subianto. Menurutnya, Prabowo membutuhkan dukungan dari semua elemen penting bangsa dan negara ini.
"Serta beliau sendiri sebagai pribadi memang seseorang yang sangat percaya kepada persatuan dan kesatuan. Bahwa rekonsiliasi adalah kunci menuju kemajuan suatu bangsa," ujar Qodari.
Menurutnya, Prabowo adalah orang yang membaca buku Team of Rivals yang di dalamnya itu ada cerita tentang Presiden Abraham Lincoln yang menggandeng lawannya dalam Pilpres untuk bergabung di dalam pemerintahan menjadi salah satu menterinya.
"Dan Pak Prabowo sendiri adalah bagian dari cerita tim of rivals itu. Karena apa? Beliau dulu pernah bersaing dengan Pak Jokowi ya. Beliau kalah, beliau menjadi Menteri Pertahanan Pak Jokowi," ujar dia.
Lalu saat Prabowo jadi presiden ujar Qodari, dia merangkul rival-rivalnya antara lain adalah PKS dan Anies Baswedan.
"Nah, jadi sebetulnya Pak Prabowo ini adalah penganut prinsip team of rivals, gitu. Jadi sebagai individu yang memang punya pengalaman pribadi, punya pandangan politik yang sangat menekankan pada persatuan-kesatuan gitu," ujarnya.
Karena itu menurut Qodari, variabel internasional, variabel nasional, kemudian variabel individu semuanya itu inline menuju lahirnya suatu keputusan amnesti dan abolisi.
"Bahwa dunia yang tidak baik-baik saja sewaktu-waktu bisa menimbulkan krisis, membutuhkan situasi dan kondisi nasional yang solid, yang utuh dan kecenderungan inklinasi pribadi.
Pak Prabowo juga memang sangat sangat percaya kepada pentingnya persatuan dan kesatuan. Tiga variabel ini yang melahirkan keputusan amnesti untuk HK dan abolisi untuk Tom Lembong," papar Qodari.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Rismon Sianipar Dilaporkan Andi Azwan ke Polisi: Tuduhan TPPU hingga Keturunan PKI
Roy Suryo Dituntut Hukum: IPW Bela Polda, Bukan Kriminalisasi Ijazah Jokowi
KPK Selidiki Dugaan Korupsi Lahan Proyek Kereta Cepat Whoosh: Modus & Fakta
KPK Didesak Tetapkan Tersangka Kasus Korupsi Proyek Kereta Cepat Whoosh, Diduga Rugikan Negara