Suasana pun menjadi canggung, dan Soekarno yang kesal ingin segera mengakhiri kunjungan tersebut tanpa mencapai kesepakatan apa pun.
Penyebab perlakuan dingin ini terungkap kemudian. Masalahnya terletak pada kehadiran Dipa Nusantara Aidit, Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI), dalam rombongan Soekarno.
Howard Palfrey Jones, seorang diplomat AS, dalam memoarnya menulis bahwa Eisenhower sangat tidak senang dengan kehadiran Aidit.
Bagi Eisenhower, kehadiran Aidit dianggap sebagai sebuah penghinaan, karena ini adalah kali pertama seorang pemimpin komunis secara resmi menginjakkan kaki di Gedung Putih.
Itulah alasan mengapa ia 'mengerjai' Soekarno sebagai balasannya.
Setahun setelah peristiwa itu, Eisenhower lengser dan digantikan oleh John F. Kennedy.
Kennedy memiliki pandangan yang berbeda terhadap Soekarno; ia tidak menganggap Soekarno sebagai musuh, melainkan sebagai pemimpin berpengaruh yang harus dirangkul.
Di bawah kepemimpinan Kennedy, hubungan AS dan Indonesia kembali membaik.
Soekarno juga menyambut baik perubahan ini, bahkan hubungan pribadi keduanya terjalin akrab.
Sebagai penghormatan, Soekarno membangun Wisma Indonesia di Istana Negara pada tahun 1963, yang dipersiapkan untuk tempat tinggal Kennedy saat berkunjung ke Indonesia pada tahun 1964.
Sayangnya, rencana itu tidak pernah terwujud. Pada 22 November 1963, Kennedy tewas ditembak di Dallas, Texas.
Soekarno mengenang sahabat politiknya itu dengan penyesalan, "Aku sangat menyesal bahwa ia tidak pernah bisa datang."
Sumber: CNBC
Artikel Terkait
Dampak Shutdown AS: 10.000+ Penerbangan Ditunda & Dibatalkan, Ini Penyebabnya
Krisis Pangan Gaza: Bantuan Tak Sampai, Warga Kelaparan Pasca Gencatan Senjata
Trump Ingin Bantu Zohran Mamdani Pimpin New York, Tapi...
Zohran Mamdani, Wali Kota Muslim Pertama New York: Sebuah Kemenangan Bersejarah yang Tuai Pro-Kontra