HARIAN MEFRAPI - Gizi buruk maupun stunting masih menjadi persoalan serius di Indonesia.
Pemerintah berusaha keras menanggulangi agar anak-anak tidak mengalami gizi buruk, sehigga terus dilakukan pelbagai upaya.
Mencegah masalah gizi buruk harus dilakukan sedini mungkin dengan melakukan kolaborasi berbagai pihak.
Baca Juga: Inilah alasan kenapa harga beras belum juga turun, Dirut Bulog : Harga pupuk belum turun
Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Ali Khomsan menilai kolaborasi menjadi kunci dalam mencegah permasalahan gizi sedini mungkin.
"Pencegahan masalah gizi harus dilakukan sedini mungkin, salah satunya dengan adanya kolaborasi yang kuat dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat, akademisi dan swasta atau industri," ujar dia dalam rilis pers yang diterima, Senin.
Dia menilai kolaborasi antar berbagai pihak dapat mempercepat pencapaian target penurunan stunting di Indonesia menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Ali mengatakan gizi menjadi salah satu komponen penting bagi tumbuh kembang anak, terutama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Baca Juga: Buktikan tetap netral, Polres dan Kodim 0726 Sukoharjo dirikan Posko Netralitas TNI-Polri
Di Indonesia, kata dia, permasalahan gizi yang terjadi disebabkan karena tidak seimbangnya asupan energi dan zat gizi lainnya.
"Masalah gizi di antaranya kurus (gizi kurang), gemuk (gizi lebih), dan stunting (gizi kurang kronis)," kata dia.
Nestle Indonesia menggelar diskusi multisektoral bertajuk Implementasi Model Pentahelix dalam Upaya Penurunan Angka Stunting, yang bertujuan membahas mengenai pentingnya memenuhi gizi seimbang, upaya pencegahan stunting, sekaligus program “100 Hari Pendampingan Gizi”.
Program tersebut merupakan hasil kolaborasi multisektor di sepuluh fokus area di 12 provinsi prioritas penurunan stunting pemerintah Indonesia.
Baca Juga: Sebanyak 16 pendaki Gunung Pangrango tersesat, ditemukan di saung kebun milik warga
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: harianmerapi.com
Artikel Terkait
Jadi tukang petik buah anggur dibayar per Box, kerja di Australia bisa raup Rp4 Juta sehari
Kerja di Jerman tanpa ijazah, peluang petik buah untuk WNI gaji sampai Rp35 juta per bulan
Yang Lain Cari Kerja, Saya Cari Rumput, Sekarang Punya Aset Rp 80 Miliar
Awalnya senang, orang Jepang satu ini jadi tak suka Indonesia karena satu hal ini