Analisis Prioritas Pemerintah: Whoosh ke Surabaya vs Penyelamatan Garuda
Dua BUMN transportasi Indonesia, yaitu Kereta Cepat Whoosh (KCIC) dan maskapai Garuda Indonesia (GIAA), sedang menghadapi tantangan berat berupa utang yang membengkak dan isu korupsi. Artikel ini menganalisis pilihan prioritas pemerintah dalam menangani kedua kasus ini berdasarkan prospek bisnis dan kemampuan membayar utang.
Masalah Utang dan Korupsi yang Melanda
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) diketahui memiliki utang sebesar Rp 120 triliun kepada China. Sementara itu, Garuda Indonesia terbebani utang yang lebih besar, mencapai Rp 185 triliun. Keduanya juga diterpa isu korupsi, mulai dari penggelembungan biaya konstruksi Whoosh hingga praktik korupsi dalam pengadaan dan operasional di tubuh Garuda.
Upaya Penyelamatan Garuda Indonesia
Pemerintah melalui Badan Pengelola Investasi Danareksa Nusantara (BPI Danareksa) melakukan penyuntikan dana (private placement) sebesar Rp 30 triliun untuk menyehatkan kinerja Garuda. Maskapai ini telah lama bergulat dengan utang, bahkan sempat muncul wacana pembubaran. Sebagai langkah antisipasi, pemerintah menghidupkan kembali Pelita Air. Skema penundaan pembayaran utang (rescheduling) hingga 30 tahun pun disepakati dengan para kreditur.
Kontroversi dan Masa Depan Whoosh
Di sisi lain, proyek Whoosh menuai kontroversi, termasuk isu penghentian rencana perluasan rute ke Surabaya. Meski demikian, terdapat kesepakatan perpanjangan waktu pembayaran utang dengan China hingga 60 tahun. Skemanya, Whoosh akan membayar cicilan sebesar Rp 2 triliun per tahun mulai 2026.
Artikel Terkait
Polresta Mataram Tangkap 9 Pelaku Narkoba di Karang Bagu, 3 di Antaranya Residivis
Mertua dan Menantu Tewas Ditikam Tetangga di Gowa, Ini Kronologi Lengkapnya
Viral Isu Perselingkuhan Hamish Daud, Netizen Ungkap Detail Liburan dengan Sasha Sabrina Alatas
Ganoderma Lucidum (Lingzhi) untuk Kanker: Fakta, Manfaat, dan Bahayanya