Mengulik Makna "Piye Kabare": Nostalgia Orde Baru hingga Dinamika Politik Jokowi-Prabowo
Oleh: Erizal
Slogan "Piye kabare, enak zamanku to?" kerap muncul di media sosial, biasanya disertai foto Presiden Soeharto. Ungkapan ini menjadi simbol kerinduan terhadap stabilitas dan kesejahteraan yang dianggap mewarnai era Orde Baru, sekaligus kritik terhadap kondisi pasca-Reformasi.
Gagalnya Kebangkitan Simbol Soeharto di Era Reformasi
Meski kerap diusung oleh pihak-pihak yang ingin mengembalikan kekuatan politik era Soeharto, slogan tersebut terbukti tidak cukup signifikan dalam panggung pemilu. Berbagai partai politik yang mengusung nama dan simbol keluarga Soeharto, bahkan yang dipimpin langsung oleh putra-putrinya, tidak pernah berhasil meraih dukungan mayoritas untuk masuk ke Senayan.
Transformasi Slogan: Dari Soeharto ke Jokowi?
Menurut analisis mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, kecenderungan penggunaan slogan serupa akan muncul kembali, namun dengan simbol yang berbeda. Jika dulu berpusat pada Soeharto dan zamannya, kini potensial dialihkan kepada figur Presiden Jokowi. Pola kritiknya pun menyesuaikan konteks kekinian.
Perbedaannya mendasar: kritik era Soeharto menyasar sistem dan zaman, sementara jika menggunakan simbol Jokowi, yang menjadi sasaran perbandingan adalah kepemimpinan penerusnya, dalam hal ini Presiden Prabowo Subianto.
Artikel Terkait
Klaim Pemulihan Listrik Aceh 97% Dibantah: Fakta Lapangan Beda dengan Laporan Menteri ESDM
Viral Video Remaja Banyuwangi Lecehkan Alquran, Polisi Amankan Pelaku 17 Tahun
Viral Video Ratusan Mobil Berisi Mayat Korban Banjir Aceh Tamiang, Warga Desak Evakuasi Segera
DPR Kritik Bahlil: Listrik Aceh Baru 60%, Bukan 97% Seperti Dilaporkan ke Presiden