Kemungkinan jumlah PHK-nya mencapai 2.100 pekerja. Ini masih daftar sementara. bisa bertambah.
Sefrekuensi dengan Faisal, ekonom senior yang sekarang menjabat Rektor Universitas Paramadina, Prof Didik J Rachbini menyebut belum ada kebijakan dari Menperin Agus yang 'nendang' bagi bertumbuhnya sektor manufaktur.
Padahal, nasib perekonoman nasional sangat bergantung kepada manufaktur. Ketika manufaktur tengkurap maka perekonomian bakal tidur.
"Selama ini kementerian perindustrian berperan sangat terbatas dengan kebijakan yang lemah dan tidak bernilai signifikan untuk memajukan sektor industri," kata Didik, Jakarta, Selasa (18/6/2024).
Industri, lanjut Didik, terkesan dimatikan, karena kebijakan yang surut dan tidak memberikan kesempatan, ruang dan dorongan bagi industri nasional.
Model kebijakan industri seperti ini, jika kondisi ini terus berlanjut, maka lupakan keinginan Presiden Prabowo menumbuhkan ekonomi hingga 8 persen.
"Yang terjadi bahkan bisa jadi sebaliknya. Di mana, pertumbuhan ekonomi akan selalu di bawah 5 persen karena industrinya tumbuh sangat rendah," imbuh Didik.
Sementara Vietnam dan India, kata Didik, berhasil melejitkan perekonomiannya. Karena itu tadi, keduanya berhasil mendorong industri sebagai lokomotif bagi pertumbuhan ekonomi.
Di India, industri tumbuh dua digit sehingga mudah untuk mengatrol perekonoiannya hingga 7 persen.
Berbalik dengan Indonesia yang industrinya 'santai-santai saja'. Jangan heran jika ekonomi hanya berkutat di level 5 persenan saja.
"Nah, faktor kritis dalam pertumbuhan ekonomi di masa pemerintahan Prabowo nanti terletak di kementerian ini," ungkapnya.
Tak rela seniornya dikritik,anggota Komisi VII DPR asal Partai Golkar, Ilham Permana menilai analisa Didik Rachbini tidak berbasiskan data.
Dia bilang, data pencapaian sektor industri mencapai 33 persen dari total investasi nasional. Termasuk Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang konsisten berada di zona ekspansi.
Dan, kinerja ekspor industri serta kondisi Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Desember 2024, bertahan di posisi ekspansi, yaitu 52,93.
Ilham menegaskan, posisi IKI bulan Desember tahun lalu, ditopang ekspansi 19 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB Industri Manufaktur Nonmigas Triwulan II-2024 mencapai 90,5 persen.
Dia mengeklaim, berdasarkan data kuantitatif, kinerja Menperin Agus cukup oke. Kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB), mencapai 17,6 persen. Atau tertinggi di Asean.
“Di bawah kepemimpinan Menperin Agus Gumiwang, kami sebagai mitra kerja sektor industri manufaktur, tetap menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional," pungkasnya.
Utang Ugal-Ugalan
Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik, Achmad Nur Hidayat menilai, kebangkrutan PT Sri Rejeki Isman (SRIL) Tbk, atau Sritex, lebih kepada kesalahan strategi tata kelola keuangan, ketimbang kalah persaiangan dengan produk asing yang membanjiri Indonesia.
Dalam hal ini, kakak beradik Iwan Setiawan Lukminto dan Iwan Kurniawan Lukminto, atau generasi kedua Lukminto telah melakukan kesalahan fatal. Yakni, memperluas bisnis dengan mengandalkan utang.
"Dalam situasi seperti ini, manajemen Sritex, yang dikendalikan oleh keluarga Lukminto, harusnya lebih berhati-hati dalam pengelolaan keuangan," kata Achmad Nur saat dihubungi, Jakarta, Sabtu (8/3/2025).
Dia menyebut, peran keluarga Lukminto dalam bangkrutnya Sritex, tentu saja tidak bisa diabaikan.
"Sebagai pemegang kendali utama dalam manajemen Sritex, keputusan-keputusan bisnis yang mereka ambil sangat menentukan arah perusahaan," lanjutnya.
Achmad Nur menjelaskan, Sritex mengambil utang dalam jumlah besar untuk memperluas kapasitas produksi.
Namun, perusahaan gagal mengantisipasi fluktuasi permintaan pasar global serta dampak pandemi COVID-19 yang menekan industri tekstil.
"Ketika permintaan menurun drastis, perusahaan justru terjebak dalam beban utang yang kian menggunung," ucapnya.
Alih-alih melakukan efisiensi dan restrukturisasi secara bertahap, Sritex tetap agresif dalam operasionalnya dengan harapan pasar akan pulih dengan cepat.
Sikap terlalu 'pede' tanpa perhitungan matang ini justru memperburuk kondisi perusahaan.
Alhasil, Sritex tersangkut gagal bayar utang nyaris Rp30 triliun (Rp29,8 triliun) yang berakhir pailit alias bangkrut.
"Ketika akhirnya utang jatuh tempo dan perusahaan gagal memenuhi kewajiban keuangan kepada kreditur, Sritex tidak lagi memiliki daya tahan untuk bertahan," tambahnya.
Selain kesalahan strategi manajemen, Achmad Nur juga menyoroti faktor eksternal yang turut mempercepat kehancuran Sritex.
"Persaingan ketat dengan produk tekstil impor, terutama dari China dan negara lain yang memiliki keunggulan biaya produksi lebih rendah, semakin menekan industri tekstil dalam negeri," jelasnya.
Atas kejadian ini, pekerja Sritex dan anak usaha yang kena pulutnya. Sekitar 10.000 pekerja resmi menjadi pengangguran sejak 26 Februari 2025.
Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Sukoharjo, Jawa Tengah, Sumarno, mengungkapkan bahwa tim kurator kepailitan Sritex telah mengirimkan surat resmi kepada pihaknya.
Surat tersebut berisi penanganan kepailitan Sritex serta tiga anak usahanya, yakni PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya, yang berujung pada PHK karyawan.
"Opsi pemutusan hubungan kerja diputuskan setelah tim kurator bertemu dengan debitur, yakni manajemen Sritex. Jadi, kebijakan PHK karyawan resmi diberlakukan per 26 Februari. Namun, aktivitas operasional pabrik tetap berjalan hingga 28 Februari. Pekerja masih bekerja hingga Jumat," kata Sumarno, Kamis (27/2/2025).
Sumber: Inilah
Artikel Terkait
Korban Longsor Trenggalek 2025: 4 Tewas, 1 Selamat | Kronologi & Update Terbaru
KKB Serang Warga di Yahukimo: Kronologi dan Ciri-Ciri Pelaku Terekam CCTV
Banjir di Semarang Surut: Jalan Kaligawe Kembali Bisa Dilalui Kendaraan
Analis Bongkar Fakta: Prabowo Tak Terkait Isu Ijazah Jokowi & Proyek Whoosh