Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah terkait bantahan dari kalangan pengusaha TPT ini.
Namun, diharapkan pemerintah segera mengambil langkah-langkah konkret untuk menyelamatkan industri TPT nasional.
Para pengusaha TPT berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan kondisi riil yang mereka alami. Mereka meminta pemerintah untuk segera melakukan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan yang dinilai merugikan industri TPT, seperti Permendag No. 8/2024.
Selain itu, mereka juga berharap pemerintah dapat meningkatkan pengawasan terhadap impor ilegal dan memberantas mafia impor yang merugikan negara dan pelaku industri dalam negeri.
Keterpurukan industri TPT tidak hanya berdampak pada para pengusaha dan pekerja di sektor tersebut, tetapi juga pada perekonomian nasional secara keseluruhan.
Industri TPT merupakan salah satu sektor padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja.
Jika sektor ini terus mengalami penurunan, maka angka pengangguran akan meningkat dan daya beli masyarakat akan menurun.
Sebelumnya, Sri Mulyani mengumumkan bahwa industri manufaktur Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan hingga akhir tahun 2024. Hal ini disampaikan dalam Konferensi Pers APBN KiTa pada Kamis (13/3/2025).
"Pertumbuhan industri manufaktur kita cukup bagus dari seluruh sektor hingga akhir 2024," ujar Sri Mulyani.
Menariknya, sektor padat karya seperti tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki juga mengalami pertumbuhan, meskipun menghadapi berbagai tantangan, termasuk isu pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Bahkan TPT yang walaupun karena terjadinya suatu berita terhadap suatu perusahaan mengalami kebangkrutan, tapi TPT kita tumbuh 4,3 persen di 2024 dibandingkan tahun sebelumnya yang minus 2 persen. Dan bahkan industri alas kaki kita tumbuhnya cukup tinggi di 6,8 persen bandingkan tahun 2023 yang negatif," jelas Sri Mulyani.
Selain itu, sektor industri lainnya seperti kimia, elektronik, logam dasar, serta makanan dan minuman juga mencatatkan pertumbuhan positif.
"Industri makanan dan minuman kalau kita lihat disini tumbuhnya 5,9 persen, ini yang ditengah, industri kimia 5,9 persen, elektronik 6,2 persen, lalu logam dasar bahkan double digit 13,3 persen," tambahnya.
Capaian positif ini turut berkontribusi pada Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang mencapai 53,6 pada Februari 2025, menunjukkan ekspansi yang kuat.
"Ini yang merekontribusi kepada PMI manufaktur kita yang ada dalam ekspansi cukup tinggi yakni 53,6 bulan lalu," kata Sri Mulyani.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Fakta Gadai Mobil Pajero untuk Selamatkan Bilqis dari Suku Anak Dalam
Menteri Keuangan Purbaya Ungkap Modus Pencatutan Harga Impor: Barang Rp 45 Juta Dicatat Cuma Rp100 Ribu
Oknum Brimob Aniaya Mantan Pacar di Binjai: Kronologi & Proses Hukum Terbaru
Wamenag Zainut Tauhid Saadi Minta Gus Elham Hentikan Aksi Cium Anak Perempuan yang Viral