Cintaku di Kampus Biru, UGM Mbok Ojo Tumindak Saru: Suara Alumni Untuk Kebenaran Ijazah Jokowi

- Senin, 14 April 2025 | 17:05 WIB
Cintaku di Kampus Biru, UGM Mbok Ojo Tumindak Saru: Suara Alumni Untuk Kebenaran Ijazah Jokowi


Cintaku di Kampus Biru, UGM Mbok Ojo Tumindak Saru: 'Suara Alumni Untuk Kebenaran Ijazah Jokowi'


Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes


Cinta terhadap almamater bisa tumbuh dalam berbagai bentuk. Tapi ketika kampus tercinta justru ikut terseret dalam pusaran kontroversi nasional, hati siapa yang tak terguncang?


Sebagai alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) asli, saya merasa terpanggil untuk bersuara.


Judul tulisan ini, Cintaku di Kampus Biru, UGM Mbok Ojo Tumindak Saru, adalah bentuk harapan agar UGM tak ikut terjebak dalam perilaku yang memalukan—baik secara moral maupun akademik.


Kalimat ini saya rangkai dengan campuran bahasa Indonesia dan Jawa, agar harmoni maknanya terasa dalam.


UGM dalam Pusaran Kasus Ijazah Jokowi

Kasus dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi seharusnya tidak menyeret UGM ke dalam pusaran ketidakjelasan.


Namun, yang terjadi justru sebaliknya: institusi besar ini tampak tidak sistematis, bahkan terkesan amburadul dalam menyampaikan sikap dan narasi resmi.


Hal ini ditegaskan oleh kritik keras dari mantan Rektor UGM, Prof. Dr. Sofian Effendi, yang menyatakan secara blak-blakan: "Tak ada bukti kuat ijazah itu ada."


Pernyataan tersebut bukan hanya menggegerkan, tapi juga memperjelas betapa lemah dan kaburnya klarifikasi dari para pejabat UGM, termasuk dari Rektor Prof. Dr. dr. Ova Emilia, Dekan Fakultas Kehutanan Dr. Sigit Sunarta, hingga kolega seangkatan yang justru semakin memperkeruh suasana.


Foto Ijazah Berwarna dan Blunder Politik

Belum tuntas teka-teki soal ijazah asli, publik dikejutkan dengan unggahan kader partai—anak buah Kaesang Pangarep—yang mempublikasikan "foto ijazah berwarna" dan menyatakan itu adalah bukti keaslian.


Tapi lagi-lagi, blunder tak terelakkan.


Seorang guru besar Fakultas Hukum UGM justru menyebut bahwa ijazah itu memang pernah ada, tapi hilang dan sudah diganti.


Alih-alih menjadi solusi, pernyataan ini mempertegas ketidakkonsistenan dan memunculkan lebih banyak pertanyaan.


Apakah ini representasi UGM yang seharusnya menjadi benteng integritas akademik?


Korban Mulyono dan Hancurnya Logika Hukum

Halaman:

Komentar