“Hal ini menunjukkan adanya proses fluktuasi tekanan di dalam tubuh Gunung Bromo yang disertai oleh aliran fluida ke permukaan," ujar Kepala PVMBG, Hendra Gunawan di Bandung, Rabu (13/12).
Indikator adanya peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Bromo juga terlihat dari pengamatan deformasi dengan menggunakan peralatan Borehole Tiltmeter dan Tiltmeter.
Baca Juga: Karyawan di Pare Lakukan Penipuan hingga Toko Rugi Puluhan Juta, Ternyata Ini Motifnya
Ini menunjukkan pola kecenderungan inflasi atau peningkatan tekanan di sekitar tubuh Gunung Bromo selama Desember ini,.
Gunung Bromo merupakan gunung api kerucut cinder yang berada dalam Kaldera Tengger dengan ketinggian mencapai 2329 mdpl.
Secara administratif gunungapi ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.
Karakter erupsi Gunung Bromo berupa erupsi eksplosif dan efusif dari kawah pusat.
Seperti dilansir www.esdm.go.id, erupsi tersebut mengeluarkan abu,pasir, lapilli, dan terkadang melontarkan lava pijar dan bom vulkanik.
Erupsi terakhir terjadi pada Juli 2019, berupa erupsi freatik tanpa didahului oleh peningkatan kegempaan yang signifikan.
Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan akibat meningkatnya aktivitas kawah Gunung Bromo adalah terjadinya erupsi freatik ataupun magmatic.
Artikel asli: koranmemo.com
Artikel Terkait
Bobibos Biofuel RON 98 dari Jonggol: Solusi BBM Murah Rp 4 Ribu Setara Pertamax Turbo
ESDM Ingatkan Aturan BBM ke Bobibos: Ekspansi SPBU Harus Penuhi Uji Kelayakan
Rahmah El Yunusiyyah: Pendiri Pesantren Putri Pertama di Asia Tenggara, Kini Pahlawan Nasional
Cara Menulis Artikel SEO yang Optimal: Panduan Lengkap untuk Pemula