Mencari Jejak LBP: 'Chromebook Berdarah di Tengah Korupsi Rp9,9 Triliun'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Pada suatu siang yang teduh awal Mei 2025, beberapa penyidik dari Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus tampak keluar masuk gedung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi di kawasan Sudirman, Jakarta.
Mereka membawa sejumlah dokumen pengadaan laptop, terutama merek Chromebook, yang pengadaannya dilakukan sepanjang 2019 hingga 2023.
Di sinilah babak baru dari kisah pengadaan barang negara itu dimulai—sebuah cerita besar tentang teknologi, pendidikan, dan kekuasaan.
Penyelidikan Kejaksaan Agung menemukan adanya dugaan korupsi dalam proyek pengadaan Chromebook yang nilainya mencapai Rp9,9 triliun.
Program ambisius ini seolah menjadi bukti bagaimana teknologi digunakan sebagai tameng modernisasi, sementara di baliknya tersembunyi hasrat menumpuk keuntungan pribadi.
Dari Chromebook ke Kasus Kolosal
Program digitalisasi sekolah yang dikawal langsung oleh Mendikbudristek kala itu, Nadiem Anwar Makarim, didesain untuk mengangkat kualitas pembelajaran siswa di daerah tertinggal.
Namun, seorang pejabat Kemendikbud yang enggan disebutkan namanya, menyebutkan kepada media bahwa sejak awal proyek itu terindikasi dipaksakan.
“Kami sudah beri masukan, jangan pakai Chromebook. Daerah-daerah itu sinyalnya payah, jaringan terbatas, dan guru tidak terbiasa. Tapi keputusan sudah diambil di atas,” ujarnya.
Sumber internal menyebut tekanan datang dari dua mantan staf khusus Nadiem, Fiona Handayani dan Jurist Tan.
Mereka diduga mendorong perubahan spesifikasi dari Windows ke sistem operasi milik Google itu, dengan alasan efisiensi dan kompatibilitas global.
Padahal, menurut hasil uji coba pilot project di lima kabupaten, Chromebook dinilai gagal berfungsi optimal.
Jaksa Agung kemudian memanggil keduanya sebagai saksi. Namun, penyelidikan tidak berhenti pada level teknokrat kementerian. Nama besar pun ikut disebut—Luhut Binsar Pandjaitan.
Jejak Luhut di Laptop Murid
Adalah PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (ZYRX), produsen lokal laptop yang memperoleh proyek pengadaan sebanyak 165 ribu unit laptop senilai Rp700 miliar.
Perusahaan ini diketahui memiliki keterkaitan langsung dengan Luhut.
Berdasarkan laporan keuangan publik yang kami telusuri, Luhut memiliki 51% saham di perusahaan tersebut melalui jaringan bisnisnya.
Artikel Terkait
Kritik Anies ke Prabowo-Gibran: Emosional atau Alarm Kebijakan yang Sah?
Raisa Pamer Video Bareng Rony Parulian, Heboh Isu Hamish Daud & Sabrina Alatas
KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid: Kronologi, Fakta Terbaru, dan Dampaknya
Ribuan Kader GPA Berikrar Kawal Pemerintahan Prabowo-Gibran & Sukseskan Asta Cita