Semua ini menambah daftar panjang kisah tragis lembaga antirasuah yang kini lebih banyak sibuk mengurusi tetek bengek birokrasi ketimbang memberantas korupsi kelas kakap.
Dan di tengah hingar-bingar kasus pemerasan di Kemnaker, kita tak mendengar Firli ikut menyuarakan keprihatinan.
Padahal, dialah dulu yang menyalakan lilin semangat di lorong-lorong lembaga itu. Tapi mungkin lilinnya sudah padam, atau sengaja ditiup oleh angin kekuasaan.
Firli, seandainya kau mendengar, dengarkanlah rakyatmu berseru: bukan kami merindukan wajahmu yang galak di kamera, tapi kami menuntut pertanggungjawabanmu yang dulu berdiri paling depan melawan korupsi—sekarang justru menjadi simbol ironi.
Dulu kau pemimpin KPK, sekarang kau entah di mana. Dulu berani melawan, kini bahkan tak mampu muncul menjelaskan.
KPK hari ini seperti rumah tua. Angin masuk dari segala arah, tikus-tikus berseliweran, dan atapnya bocor saat hujan kasus turun.
Lembaga ini bukan lagi penjaga gerbang integritas bangsa, tapi seolah jadi biro verifikasi berkas. Perkara-perkara besar seperti hilang ditelan lorong panjang waktu.
Maka kita, rakyat yang bodohnya abadi, kembali bertanya: apakah Firli Bahuri hanyalah mimpi buruk yang kita tabuh sendiri?
Dan apakah KPK kini sedang menyiapkan liang kuburnya sendiri, satu lubang yang cukup dalam, untuk dikubur bersama harapan, keyakinan, dan mungkin, konstitusi?
Entahlah. Yang jelas, dalam republik ini, bahkan para pahlawan pun bisa pensiun dini, tanpa berita, tanpa bekas.
Seperti Firli. Dan di ruang kosong itulah, korupsi kembali menari. ***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Oknum Brimob Aniaya Mantan Pacar di Binjai: Kronologi & Proses Hukum Terbaru
Wamenag Zainut Tauhid Saadi Minta Gus Elham Hentikan Aksi Cium Anak Perempuan yang Viral
Roy Suryo Bandingkan Perjuangan Kasus Ijazah Jokowi dengan Pangeran Diponegoro
Kisah Sembuh dari Gagal Ginjal Stadium 5: Transplantasi di RSCM Berhasil