Surat Terbuka Untuk Presiden Prabowo Subianto: Mendagri Bermain Api di Lautan Minyak, Pak Presiden, Kapan Tito Dicopot?

- Kamis, 19 Juni 2025 | 14:45 WIB
Surat Terbuka Untuk Presiden Prabowo Subianto: Mendagri Bermain Api di Lautan Minyak, Pak Presiden, Kapan Tito Dicopot?


Surat Terbuka Untuk Presiden Prabowo Subianto: Mendagri Bermain Api di Lautan Minyak, Pak Presiden, Kapan Tito Dicopot?


Oleh: Edy Mulyadi


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Yang saya hormati, Presiden Republik Indonesia, H. Prabowo Subianto,


Sebelumnya perkenankan saya memperkenalkan diri. Saya, Edy Mulyadi, jurnalis sekaligus warga negara biasa. Saya menulis surat ini dengan penuh keprihatinan. Sebagai anak bangsa yang sangat mencintai negeri ini. 


Saya juga sangat ingin melihat Bapak berhasil memimpin Indonesia dengan kehormatan. Dengan keberpihakan kepada rakyat.


Bapak Presiden,

Surat terbuka Gubernur Aceh Muzakir Manaf kepada Bapak, sudah beredar luas. Saya termasuk yang membaca surat berjudul Pulau Kami, Harga Diri Kami. Isinya sungguh menyentuh. Sangat menggetarkan.


Surat itu bukan sekadar jeritan seorang gubernur. Ia juga pekikan rakyat Aceh yang merasa ditikam dari belakang. Empat pulau yang mereka miliki, jaga, dan rawat sejak masa Kesultanan Aceh, tiba-tiba dipindahkan begitu saja ke Sumatera Utara. Tidak ada musyawarah. Tidak ada dialog. Hanya sepucuk SK dari Mendagri Tito Karnavian.


Apakah ini sekadar kekeliruan administratif? Atau memang ada maksud lain yang lebih dalam?


Tito bagai hendak merobek luka lama yang pernah Jakarta dan Aceh jahit bersama. Beruntung Bapak mengambil putusan cepat dan tepat. Mengembalikan kepemilikan empat pulau tersebut ke pangkuan Aceh. Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya buat Bapak Presiden.


Bapak Presiden,

Tentu Bapak sangat mengenal Tito Karnavian. Namun di sini izinkan saya mengingatkan kembali, siapa sosok itu. Ketika menjadi Kapolri, Tito membentuk Satgasus Merah Putih. Unit ini disebut-sebut sebagai “negara dalam negara”. Berkekuatan besar, tanpa akuntabilitas publik. Satgasus pernah melahirkan Ferdy Sambo. Tokoh kelam dalam kasus pembunuhan Brigadir J yang mengguncang negeri ini.


Satgasus itu, menurut berbagai laporan, terlibat dalam bermacam bisnis kotor: judi offline dan online, tambang ilegal, narkoba, hingga kekuasaan gelap. Berbagai kejahatan itu bisa tetap melenggang, disebut karena dapat jaminan keamanan dari Satgasus.


Tak berhenti di situ. Ingatkah Bapak pada kasus “Buku Merah” di KPK? Buku catatan dugaan aliran dana dari pengusaha ke sejumlah petinggi, termasuk nama Tito tertulis di sana. Halaman buku itu, tragisnya, malah dirobek oleh penyidik KPK sendiri, dari unsur Polri. Apa yang sesungguhnya hendak disembunyikan?


Pelaku perobek buku tak sempat dapat sanksi dari KPK. Mereka buru-buru dikembalikan ke satuan instansi asalnya. Dan lebih tragis lagi, berikutnya mereka justru dapat promosi pangkat dan jabatan.


Kini Tito kembali bikin gaduh. Keputusan soal pulau-pulau Aceh bisa menjadi pemicu konflik yang besar. Bahkan disintegrasi yang sangat kita hindari. Dia bermain api di atas lautan minyak. Lautan minyak itu bernama Aceh, Bapak Presiden.


Maka izinkan sebagai rakyat saya bertanya: Mengapa Bapak masih mempertahankan sosok seperti ini? Apakah karena dia menteri yang tempo hari Bapak sebut bekerja cukup baik? Parameternya apa, Pak Presiden? Ukurannya apa?


Apakah karena Tito menteri Bapak yang kinerjanya cukup memuaskan? Memuaskan buat siapa, pak Presiden? Buat rakyat, Tito justru mengerikan. Sangat mengerikan!


Atau, apakah karena Tito sering disebut bagian dari Geng Solo? Kalau benar begitu, bukankah apa yang dilakukannya bisa jadi skenario membusukkan pemerintahan Bapak dari dalam? Bukankah Bapak sangat tidak suka jika disebut ada matahari kembar? Saya juga benci dengan istilah itu.


Saya tahu, Pak Presiden, bahwa banyak yang menyebut Tito dan gerbongnya punya peran besar dalam pemenangan Bapak dan Gibran di Pilpres kemarin. Tapi andaikan itu benar, haruskah utang politik dibayar dengan membiarkan NKRI diacak-acak? Oleh seorang Tito?


Bapak Presiden,

Jika Bapak tidak segera mencopot Tito Karnavian, jangan salahkan bila rakyat makin yakin bahwa Bapak memang tersandera oleh Geng Solo. Publik akan percaya, bahwa Bapak tidak mencopot Tito Karnavian karena utang budi politik kepada mereka. Ironisnya, kini justru mereka menggembosi pemerintahan Bapak dari dalam.


Rakyat berharap besar pada Bapak. Jangan biarkan harapan itu berubah menjadi kekecewaan. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing Bapak dengan hikmah dan keberanian. Aamiin ya robbal alamiin…


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Jakarta, 18 Juni 2025


Hormat saya,

Edy Mulyadi

Wartawan, Anak Bangsa

Komentar