Isu "bunker" ini secara efektif menyentuh beberapa titik sensitif: keamanan, kemewahan, dan kerahasiaan.
Bagi sebagian netizen, klaim ini menjadi pembenaran atas ketidaksukaan atau kekecewaan mereka terhadap pemerintahan.
"Kalau memang merakyat, buat apa pakai bunker segala? Takut sama siapa?" tulis seorang pengguna di platform X, yang komentarnya banyak disukai.
Di sisi lain, tidak sedikit pula yang memandang klaim ini sebagai hoaks atau teori konspirasi murahan yang sengaja disebar untuk tujuan politik.
Mereka berargumen bahwa sebagai kepala negara, wajar jika kediaman presiden dilengkapi sistem pengamanan tingkat tinggi, dan istilah "bunker" sengaja digunakan untuk menciptakan sensasi.
"Logikanya saja, presiden mana pun pasti rumahnya aman banget. Mungkin ada 'panic room' atau semacamnya, tapi kalau dibilang 'bunker' kan kesannya jadi kayak mau perang. Ini jelas framing politik," bela seorang warganet lainnya.
Fenomena viralnya kembali video Beathor Suryadi ini menjadi contoh nyata bagaimana isu-isu lawas dapat didaur ulang dan "digoreng" kembali untuk kepentingan sesaat.
Di tengah derasnya arus informasi, klaim sensasional seperti ini dengan mudah mendapatkan traksi, terlepas dari validitasnya, dan berhasil menciptakan polarisasi baru di ruang-ruang diskusi publik.
👇👇
Bunker Di Rumah Jokowi
😬😬😬😬😬😬
Beathor Suryadi
.https://t.co/gfmPcktf3X
.. pic.twitter.com/yai0rIezON
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Kisah Sembuh dari Gagal Ginjal Stadium 5: Transplantasi di RSCM Berhasil
Modus Korupsi Proyek Fisik: Mengungkap 4 Tahap Sistematis & Dampaknya
Roy Suryo dan dr. Tifa Diperiksa Polisi sebagai Tersangka Kasus Ijazah Jokowi
Modus Korupsi Proyek Kereta Cepat Whoosh: Mark Up Lahan hingga Jual Beli Tanah Negara