Persaingan antara Jakarta dan Bandung tidak hanya terjadi di wilayah sepak bola. Kini rivalitas menjalar ke dunia politik. Kedua gubernur dua provinsi itu terlibat saling sindir.
Ini terjadi saat rapat koordinasi (rakor) penguatan sinergi pemberantasan korupsi KPK RI dan Pemerintah Daerah pada Kamis (10/7/2025).
Rakor ini dihadiri para kepala daerah wilayah Jakarta, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Banten, dan Jawa Barat.
Di acara ini, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi terlibat saling sindir mengenai pembangunan di daerahnya.
Berikut rangkuman pernyataan kedua tokoh yang dianggap saling sindir hingga memunculkan spekulasi rivatlitas di antara mereka:
1. Bandung Paling Macet
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dipercaya menjadi keynote speaker di acara rakor antara KPK RI dengan pemerintah daerah.
Dalam pidatonya, Pramono membahas mengenai sejumlah capaian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di tangannya.
Salah satunya adalah mampu mengurangi kemacetan. Diketahui macet adalah momok bagi warga DKI yang selalu menghantui.
Pergantian pimpinan baik di level nasional hingga gubernur tidak juga mampu mengatasi macet di DKI Jakarta.
Dalam pidatonya, Pramono Anung mengatakan salah satu upaya mengatasi kemacetan yang dilakukannya adalah merubah dari TransJAkarta menjadi Transjabodetabek.
"Kami buka rute baru dan orang membayar sebelum jam 7 hanya Rp2 ribu setelah jam 7, Rp3.500," ujar dia dikutip dari Youtube KPK RI.
Menurutnya untuk merubah karakter orang dari kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi mau naik transportasi umum.
"Apa hasilnya? ini baru dua lebih kami lakukan. Hasilnya ketika Tomtom (lembaga internasional) mensurvei Jakarta yang biasanya rangking 1 dan selalu kota termacet 10 besar di dunia, sekarang nomor satunya Bandung, mumpung Pak Gubernur Jawa Barat belum ada. Nomor 1 Bandung, nomor 2 Medan, Nomor 3 Palembang. Dan di dunia, (rangking) Jakarta nomornya 90," papar Pram.
Usai acara rakor, Dedi Mulyadi menjawab pertanyaan wartawan mengenai paparan Pramono Anung yang menyebut Bandung berada di urutan 1 kota paling macet di Indonesia.
Dedi membeberkan alasan mengapa Bandung macet. Menurutnya, Bandung adalah kota yang berukuran kecil. Walau begitu Dedi mengaku Bandung tetap dingin tidak sepanas Jakarta.
“Tetapi kalau saya merasakan sih ya, macet di Bandung mah dingin. Terus kemudian yang kedua, problem Bandung itu kan jalannya kecil-kecil, dan kemudian selain jalannya kecil-kecil, jumlah kendaraannya banyak,” ujar Dedi kepada para wartawan di kawasan Ancol, Jakarta Pusat, Kamis (10/7/2025).
Tak mau disalahkan atas kemacetan yang terjadi di Bandung, Dedi mengutarakan masalah kemacetan adalah wewenang Wali Kota Bandung bukan dirinya sebagai Gubernur Jawa Barat.
Meski begitu, Dedi mengaku pihaknya tidak tinggal diam. Pemprov Jawa Barat kata dia tengah mempersiapkan integrasi transportasi umum yang ramah lingkungan dan terjangkau di wilayah Bandung Raya.
2. Persoalan Banjir
Di acara rakor KPK dan pemerintah daerah itu, Dedi Mulyadi membahas persoalan banjir. Ia menepis anggapan mengenai banjir di Jakarta akibat kiriman dari Bogor.
“Enggak ada banjir kiriman dari Bogor. Air itu mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah, itu aspek siklus alam,” kata Dedi.
Mantan Bupati Purwakarta ini lalu menyindir terjadinya banjir karena adanya alih fungsi lahan yang para pelakunya dari Jakarta.
“Kalau mau kita jujur, perubahan alih fungsi lahan dan tata ruang di Bogor juga kan para pengusahanya dari mana. Gitu lho,” ujarnya.
3. Rivalitas Politik
Pengamat Politik Adi Prayitno mengatakan statement-statement yang disampaikan Pramono Anung di acara rakor KPK bukan hanya menyindir halus Jawa Barat, tapi juga menyinggung secara terang-benderang.
Sementara itu Adi Prayitno menilai pernyataan Dedi Mulyadi setelahnya semacam serangan balik terhadap Pramono Anung.
Menurutnya, Dedi secara tidak langsung ingin menyampaikan bahwa alih fungsi lahan yang terjadi di Bogor adalah ulah para pengembang dan para pengusaha dari Jakarta.
"Publik mungkin juga berspekulasi selama ini alih fungsi lahan yang ada di Kabupaten Bogor memang pengusaha kontraktor dan seterusnya seterusnya itu ya memang kebanyakan mereka adalah orang Jakarta. Jadi secara tidak langsung inilah yang kita sebut sebagai balas pantun politik, sindir-menyindir dan bahkan bisa disebut sebagai perang terbuka antara dua gubernur," papar Adi dikutip dari Youtube Adi Prayitno Official.
Sumber: suara
Foto: Pernyataan Pramono Anung dan Dedi Mulyadi yang disebut saling sindir. [Instagram]
Artikel Terkait
Dilanda Isu Miring hingga Anak dan Menantu, Jokowi Tak Gentar: Siap Unjuk Ijazah Asli di Pengadilan
Bendahara Negara Usul Tambah Anggaran Rp 4,88 Triliun
Tanggapi Replik Jaksa, Kubu Tom Lembong: Inkopkar Pinjam Gula untuk Perintah Jokowi
Eks Panglima TNI Bongkar Alasan Prabowo Pilih Gibran Jadi Cawapres: Ada Ancaman dari Sang Paman