Baginya, tidak ada hubungan darah yang sah antara klan Ba 'Alawi dengan Nabi Muhammad SAW.
Sikap ini bukanlah respons sesaat terhadap tren yang sedang viral.
Gus Abbas menegaskan bahwa pengetahuan ini sudah ia miliki sejak lama, diwariskan langsung oleh ayahnya.
“Saya juga waktu kecil sudah tahu, sudah dikasih tahu sama abah saya. Baalawi itu terputusnya di Amtolut bin Ubaidillah. saya dari muda sudah tahu. Sebelum viral masalah ini, itu sudah ada masalah,” ungkap Gus Abbas.
Keyakinan yang telah lama terpendam ini tidak ia simpan untuk dirinya sendiri.
Untuk mengaktualisasikan gagasan dan perjuangannya secara terorganisir, Gus Abbas bersama KH Imaduddin Utsman Al Bantani dan Kyai Syarifudin Tegal mendirikan PWI-LS.
Organisasi ini menjadi kendaraan resminya untuk melawan apa yang ia sebut sebagai "doktrin yang tidak benar".
Misi PWI-LS pun dirumuskan dengan sangat jelas dan tajam, sebagaimana ditegaskan sendiri oleh Gus Abbas:
“Kami PWI menegaskan perjuangan Walisongo, masalah yang berkaitan dengan Klan Ba ‘Alwi (mengaku bernasab ke Rasulullah SAW) kita tegas menolak, nasabnya terputus dan secara scientific itu tidak tersambung dengan Rasulullah.”
Dengan demikian, bentrokan di Pemalang bukanlah sekadar gesekan antarormas biasa.
Peristiwa itu adalah manifestasi dari sebuah perjuangan ideologis yang dipimpin oleh seorang kiai keturunan Walisongo, yang menggunakan organisasi bentukannya sebagai alat untuk secara frontal menantang narasi dan eksistensi kelompok yang ia yakini mengancam keutuhan ajaran leluhur dan bangsa.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Cara Menulis Artikel SEO yang Optimal: Panduan Lengkap untuk Pemula
Ustaz Abdul Somad Bela Gubernur Riau Ditangkap KPK, Dampak & Analisis Politik
Syaikhona Muhammad Kholil, Guru KH Hasyim Asyari, Resmi Jadi Pahlawan Nasional
Rahma El Yunusiyah: Pahlawan Nasional 2025, Pelopor Pendidikan Perempuan Indonesia