Dicuekin Pasukan 02, Gibran Terpaksa Bikin Agenda Sendiri

- Jumat, 05 September 2025 | 12:20 WIB
Dicuekin Pasukan 02, Gibran Terpaksa Bikin Agenda Sendiri


Katanya Satu Paket,
Saat Genting Seperti Beda Paket


Oleh: Erizal


Sekelas Sujiwo Tejo pun bertanya, kok Gibran tak ada saat bersama Prabowo, Megawati, ketum-ketum partai, ketua DPR, MPR, dan DPD, di Istana, meredam gejolak yang terjadi di Jakarta dan beberapa daerah lainnya?


Gibran malah bertemu dengan perwakilan driver Ojol, yang kemudian keterwakilan driver Ojol-nya justru dipertanyakan. Bertemunya di Istana Wapres pula. Berarti sengaja diundang, didatangkan.


Bukan mendatangi asosiasi mereka, misalnya. Wapres bisa dianggap membuat acara tandingan yang dibuat oleh Presiden di Istana pada saat situasi tidak sedang baik-baik saja.


Ingat, yang bertemu Presiden di Istana bukan hanya perwakilan partai yang ada di DPR, tapi juga ketua lembaga tinggi negara seperti DPR, MPR, dan DPD.


Jadi, tak ada alasan bagi Wapres untuk tak hadir dan malah membuat acara sendiri dengan perwakilan driver Ojol, yang ke-Ojol-annya, dianggap ojol-ojolan semata.. Kalau benar perwakilan driver ojol pun, buat apa?


Kalau memang seperti kata Jokowi, saat menjawab usulan pemakzulan Gibran, bahwa Gibran dan Prabowo itu satu paket, maka Gibran harus ada di samping Prabowo di saat situasi genting, bukan justru di samping perwakilan driver Ojol.


Jawaban sekelas Wakil Kepala Staf Kepresidenan M. Qodari yang sama dengan jawaban kebanyakan orang bahwa karena Gibran, termasuk Kaesang, bukan ketua umum partai yang ada kursi di DPR, makanya keduanya tak hadir, bukanlah jawaban yang memuaskan.


Jawaban hanya sekadar menjawab saja daripada tak menjawab sama sekali. Buat Kaesang mungkin bisa karena bukan ketua partai punya kursi di DPR. 


Tapi buat Gibran, sebagai Wakil Presiden, jawaban itu tidaklah tepat, kalau tak ada masalah, hingga lebih memilih bertemu perwakilan Ojol.


Apa sebetulnya masalah Wapres Gibran ini, kok selalu menjadi masalah, bahkan di saat genting sekalipun seperti, kemarin? Mungkin kita bosan kalau selalu dikaitkan dengan putusan MK yang mengubah syarat pencapresan dan lain sebagainya.


Jawabannya selalu sama bahwa itu sudah selesai. Bahkan, MK pun sudah pula mengesahkan kemenangannya. 


Gibran langsung tancap gas, sehari setelah dilantik. Ia tak saja berbeda saat proses pencapresan hingga dinyatakan menang, tapi juga berbeda sebagai Wapres dibanding yang lain.


Ade Armando tanpa malu-malu mengatakan bahwa Gibran adalah Wakil Presiden terbaik sepanjang sejarah Indonesia. 


Ia punya argumen untuk menyatakan itu dan tak usah dibantah, ia juga punya hak untuk menyatakan itu. Gibran memang berbeda dengan Wapres-wapres lainnya.


Kalau berbedanya itu dianggap terbaik, itu tak salah juga. Sejak awal dilantik sampai sekarang, Gibran mungkin ingin lebih banyak disorot ketimbang Prabowo. 


Mulai dari program Lapor Mas Wapres, bagi-bagi susu gratis, hingga bertemu perwakilan driver Ojol, kemarin.


Sebagai sebuah acara tandingan, kalau anggapan itu benar, maka Gibran boleh dibilang sukses menandingi acara Prabowo di Istana Kepresidenan, bersama ketua partai yang ada kursi di DPR dan ketua lembaga tinggi negara lainnya.


Publik lebih tertarik membahas acara Gibran di Istana Wakil Presiden bersama perwakilan driver Ojol daripada acara Prabowo di Istana Presiden. 


Bahkan sampai sekarang masih saja dibahas pertemuan Gibran dengan perwakilan driver Ojol itu.


Kalau Gibran memang sengaja tak dilibatkan Prabowo bertemu dengan ketum-ketum partai yang ada kursi di DPR dan ketua lembaga tinggi negara lainnya, maka seharusnya Gibran tak membuat acara lain pada saat yang bersamaan demi menjaga marwah pertemuan itu.


Memang ada pertanyaan, kenapa Gibran tak dilibatkan? Jawabannya sebetulnya sudah ada, karena memang sejak awal Gibran seperti punya agendanya sendiri. 


Ini tak terlalu sulit untuk menangkapnya. Jadi wajar Gibran bermanuver sendiri di tengah situasi agak genting itu.


Prabowo tentu punya alasan, kenapa tak banyak lagi melibatkan Gibran dan tetap membiarkan manuver Gibran terus berjalan sejak awal?


Orang yang melihat pro-kontra ini selalu saja dianggap pihak yang ingin memecah belah hubungan antara Prabowo dan Gibran, bahkan Prabowo dan Jokowi. 


Terbaru, ini disampaikan putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, terkait rumor yang beredar belakangan ini.


Padahal faktanya anggapan itu muncul karena apa yang dilakukan Gibran, Jokowi, dan para pendukungnya itu sendiri. 


Dan agaknya ini akan terus melanjut, bahkan hingga Pilpres 2029 nanti. ***

Komentar