Perbandingan Gaya Kepemimpinan: Purbaya Yudhi Sadewa, Dedi Mulyadi, dan Jokowi
Oleh: Erizal
Purbaya Yudhi Sadewa memiliki keberuntungan karena tidak disamakan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), berbeda dengan nasib yang dialami Dedi Mulyadi. Rocky Gerung dan banyak pihak lainnya menyebut Dedi Mulyadi sebagai "Mulyono Jilid II", mengacu pada gaya kepemimpinan Jokowi. Hal ini justru dapat merugikan popularitas Dedi Mulyadi di mata publik.
Dinamika Kritik Terhadap Jokowi
Pada masa lalu, kritik yang ditujukan kepada Jokowi seringkali dianggap salah, meskipun substansinya benar. Kini situasinya berbalik, di mana setiap kritik terhadap Jokowi dianggap benar oleh sebagian kalangan, terlepas dari akurasi kritik tersebut. Kondisi inilah yang membuat Dedi Mulyadi dirugikan ketika disamakan dengan Jokowi, karena publik mungkin menganggapnya sebagai bentuk pencitraan belaka.
Esemka dan Isu Ijazah: Perubahan Persepsi Publik
Dulu, Jokowi berhasil meyakinkan banyak pihak mengenai mobil Esemka, bahkan sebelum proyek strategis seperti Ibu Kota Nusantara (IKN) dan kereta cepat Whoosh. Saat ini, kepercayaan publik bahkan meragukan keaslian ijazahnya, meskipun telah diverifikasi oleh UGM dan Bareskrim. Roy Suryo dan beberapa pihak tetap menyatakan 99,9% palsu, menunjukkan betapa kritisnya persepsi masyarakat sekarang.
Perbedaan Gaya Komunikasi dan Pendekatan
Dari segi personalitas, terdapat perbedaan mencolok antara Dedi Mulyadi dan Jokowi. Dedi Mulyadi dikenal sebagai orator yang fasih, sementara Jokowi lebih dikenal dengan jawaban singkat dan blusukannya. Pendukung Dedi Mulyadi tampak tidak nyaman ketika idolanya disamakan dengan Jokowi, sementara pendukung Jokowi justru melihatnya sebagai upaya menjaga relevansi.
Artikel Terkait
MKD DPR Tolak Pengunduran Diri Rahayu Saraswati, Ini Keputusan dan Alasannya
51.611 ASN Terjaring Judi Online, PPATK Beberkan Kerugian Negara yang Fantastis
Mayat Pria Misterius Ditemukan di Medan Terjal Gunung Ciremai, Diduga Tewas Seminggu
KPK Diimbau Periksa Jokowi hingga Sri Mulyani, Terungkap Dugaan Mark-Up Proyek Kereta Cepat Whoosh Rp120 Triliun