Meski permintaan membaik, volume produksi justru tercatat sedikit tertinggal dan berada di level netral. Beberapa produsen melaporkan bahwa mereka lebih fokus pada menghabiskan persediaan barang jadi yang telah ada, sebelum meningkatkan laju produksi.
Di sisi lain, tekanan harga input atau bahan baku masih menjadi tantangan. Produsen mencatat kenaikan beban biaya rata-rata yang paling tajam dalam periode delapan bulan terakhir.
Harga Jual Ditekan untuk Menjaga Daya Saing
Meski menghadapi kenaikan biaya bahan baku yang signifikan, produsen di Indonesia cenderung bersikap hati-hati. Mereka tidak serta-merta membebankan seluruh kenaikan biaya tersebut kepada konsumen akhir.
Harga jual produk hanya mengalami kenaikan yang tipis. Langkah ini dilakukan sebagai strategi untuk mempertahankan daya saing harga di pasar dan tidak mengganggu momentum permintaan yang sedang tumbuh.
Secara keseluruhan, laporan PMI Manufaktur Indonesia Oktober 2025 ini memberikan prospek positif untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal terakhir tahun 2025, meski dengan catatan perlu kewaspadaan terhadap inflasi biaya produksi.
Artikel Terkait
Subsidi BBM & Listrik Pakai Face Recognition, Ini Tujuan dan Dampaknya
TNI Tambah Batalyon Kesehatan, Jalankan Perintah Presiden Prabowo
Pesan Nova Arianto untuk Timnas U-17: Kunci Sukses di Piala Dunia 2025
Menteri Keuangan Bantah Isu IKN Jadi Kota Hantu: Proyek Tetap Jalan