IDF Akhirnya Akui Hamas tak Bisa Dikalahkan dan akan Tetap Ada di Gaza

- Kamis, 20 Juni 2024 | 13:30 WIB
IDF Akhirnya Akui Hamas tak Bisa Dikalahkan dan akan Tetap Ada di Gaza


Juru bicara IDF Daniel Hagari pada Rabu (19/6/2024) mengatakan, bahwa tujuan perang sebelumnya memberantas Hamas saat ini tidak dapat tercapai. Pernyataan Hagari ini menegaskan ketegangan yang saat ini muncul di antara pejabat militer Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang beberapa hari lalu membubarkan kabinet perangnya.


"Urusan menghancurkan Hamas, membuat Hamas menghilang, itu ibarat  melempar pasir ke mata publik," kata Hagari kepada Channel 13 dilansir Times of Israel.


"Hamas adalah sebuah ide, Hamas adalah sebuah partai. (Hamas) berakar di hati masyarakat - siapapun yang berpikir kita bisa menghilangkan Hamas adalah salah," kata Hagari, menambahkan.


Hagari juga memberikan peringatan, jika pemerintah (Israel) tidak menemukan (pemerintahan) alternatif, Hamas akan tetap ada di Jalur Gaza. 


Pernyataan Hagari kepada Channel 13 mengulang kembali apa yang pernah dia katakan pada bulan lalu. Saat itu ia ditanya apakah kembalinya militer Israel ke daerah yang sebelumnya telah dibersihkan dari pejuang Hamas, sebagai akibat dari tidak adanya keputusan dari pemerintahan Netanyahu soal siapa yang akan memerintah Gaza selain Hamas.


"Tidak diragukan bahwa pemerintahan alternatif akan memberikan tekanan kepada Hamas, tapi itu (pemerintahan alternatif) adalah sebuah pertanyaan bagi para pejabat politik," kata Hagari saat itu.


Merespons pernyataan Hagari, kantor pemerintahan Netanyahu menegaskan, bahwa kabinet keamanan mendefinisikan tujuan perang untuk menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas di Gaza. 


“Klaim apapun yang bertentangan dengan tujuan itu adalah sebuah pernyataan yang dikutip lepas dari konteksnya," demikian keterangan resmi pemerintahan Netanyahu.


Menteri Pertahanan Israel telah mendesak Netanyahu untuk membuat perencanaan lanjutan terkait pemerintahan di Gaza pascaperang. Pada Mei, Gallant bahkan telah memberikan peringatan bahwa kegagalan mencari pemerintahan alternatif menggantikan Hamas akan membuat capaian militer Israel sia-sia, karena menurutnya, Hamas akan kembali berkonsolidasi dan bisa kembali menguasai Gaza.


Televisi Israel melaporkan bahwa Kepala IDF Herzi Palevi dan Kepala Shin Bet Ronen Bar belakangan juga berselisih dengan Netanyahu mengenai rencana dan strategi perang di Gaza. Sementara, pemimpin Partai Kesatuan Nasional Benny Gantz telah mundur dari kabinet perang setelah Netanyahu menolak untuk memberikan perencanaan pascaperang sesuai dengan tenggat yang diberikannya.


Tanda-tanda friksi antara kalangan militer dan Netanyahu semakin terlihat belakangan ini. Termasuk soal 'taktik jeda' perang IDF yang dikritik oleh Netanyahu, di mana IDF menegaskan taktik itu justru sejalan dengan instruksi Netanyahu yang ingin meningkatkan jumlah bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.


"Dalam rangka mencapai tujuan (perang) menghancurkan kemampuan Hamas. Saya harus membuat keputusan yang tidak akan selalu bisa diterima oleh pejabat militer," kata Netanyahu di sela rapat kabinet pada Ahad lalu.


Netanyahu bahkan menegaskan, bahwa Israel bukan negara militer, tapi negara yang memiliki kemampuan militer. Putra tertua Netanyahu, Yair, beberapa hari terakhir juga menyalahkan pejabat militer Israel terkait serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang dinilainya tidak pernah mau menyatakan bertanggung jawab atas kegagalan mengantisipasi serangan itu. 


Netanyahu pada Senin (17/6/2024) mengumumkan pembubaran Kabinet Perang yang dibentuk pada 11 Oktober 2023. Ada laporan bahwa Netanyahu membubarkan kabinet tersebut sebagai tanggapan terhadap pengunduran diri Gantz. Langkah itu dilakukan setelah pemimpin oposisi Gantz mundur dari pemerintahan darurat pada awal Juni, menyusul ketidaksepakatan mengenai strategi pascaperang di Jalur Gaza.

Halaman:

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

Heboh Yusa Cahyo Utomo Donorkan Organ Tubuh Usai Divonis Mati PN Kediri, Ini Alasan dan Sosoknya Tayang: Sabtu, 16 Agustus 2025 08:53 WIB Tribun XBaca tanpa iklan Editor: Valentino Verry zoom-inHeboh Yusa Cahyo Utomo Donorkan Organ Tubuh Usai Divonis Mati PN Kediri, Ini Alasan dan Sosoknya Tribunjatim.com/Isya Anshari A-A+ INGIN DONOR ORGAN TUBUH - Yusa Cahyo Utomo, terdakwa pembunuh satu keluarga, divonis hukuman mati oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (13/8/2025) siang. Yusa mengaku menyesali perbuatannya dan berkeinginan menyumbangkan organ tubuhnya kepada sang keponakan yang masih hidup, sebagai bentuk penebusan kesalahan. WARTAKOTALIVE.COM, KEDIRI - Jika seorang terdakwa dijatuhi vonis mati biasanya tertunduk lesu, ada pula yang menangis. Lain halnya dengan Yusa Cahyo Utomo, terdakwa kasus pembunuhan satu keluarga di Kediri, Jawa Timur. Tak ada penyesalan, bahkan dia sempat tersenyum kepada wartawan yang mewancarainya usai sidang vonis oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Rabu (13/8/2025). Dengan penuh percaya diri, Yusa Cahyo Utomo ingin mendonorkan organ tubuhnya usai dijatuhi vonis mati oleh majelis hakim. Baca juga: Alasan Pembunuh Satu Keluarga Tak Habisi Anak Bungsu, Mengaku Kasihan Saat Berusaha Bergerak Tentu ini cukup aneh, namun niat Yusa Cahyo Utomo ini ternyata ada makna yang besar. Donor organ tubuh adalah proses yang dilakukan untuk menyelamatkan atau memperbaiki hidup penerima organ yang mengalami kerusakan atau kegagalan fungsi organ. Biasanya, orang akan secara sukarela menyumbangkan organ tubuhnya untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkan. Saya berpesan, nanti di akhir hidup saya, bisa sedikit menebus kesalahan ini (membunuh) dengan menyumbangkan organ saya, ucapnya dilansir TribunJatim.com. Baca juga: Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Kediri Ternyata Masih Saudara Sendiri, Ini Motfinya Kalau saya diberikan hukuman mati, saya siap menyumbangkan semua organ saya, apapun itu, imbuhnya. Yusa Cahyo Utomo merupakan warga Bangsongan, Kecamatan Kayen, Kabupaten Kediri. Ia adalah seorang duda cerai dengan satu anak. Yusa merupakan pelaku pembunuhan terhadap satu keluarga di Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, pada Desember 2024. Yusa menghabisi nyawa pasangan suami istri (pasutri) Agus Komarudin (38) dan Kristina (34), beserta anak sulung, CAW (12). Anak bungsu korban, SPY (8), ditemukan selamat dalam kondisi luka serius. Yusa mengaku ia tak tega menghabisi nyawa SPY karena merasa kasihan. Tersangka meninggalkannya dalam kondisi bernapas. Alasannya dia merasa kasihan pada yang paling kecil, ungkap AKP Fauzy Pratama yang kala itu menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kediri, masih dari TribunJatim.com. Hubungan Yusa dengan korban Kristina adalah kakak adik. Pelaku merupakan adik kandung korban. Namun, sejak kecil, Yusa diasuh oleh kerabat lainnya di Bangsongan, Kecamatan Kayen. Selama itu, Yusa tak pernah mengunjungi keluarganya yang ada di Pandantoyo, Kecamatan Ngancar. Dikutip dari Kompas.com, motif Yusa menghabisi Kristina dan keluarganya karena masalah utang dan rasa sakit hati. Yusa memiliki utang di sebuah koperasi di Kabupayen Lamongan sebanyak Rp12 juta dan kepada Kristina senilai Rp2 juta. Karena Yusa tak memiliki pekerjaan dan utangnya terus menumpuk, ia pun memutuskan bertemu Kristina untuk meminjam uang. Kristina menolak permintaan Yusa sebab sang adik belum melunasi utang sebanyak Rp2 juta kepadanya. Penolakan itu kemudian memicu rasa sakit hati bagi Yusa hingga merencanakan pembunuhan terhadap Kristina dan keluarganya. Buntut aksi kejamnya, Yusa tak hanya divonis mati, pihak keluarga juga enggan menerimanya kembali. Sepupu korban dan pelaku, Marsudi (28), mengungkapkan pihak keluarga tak akan menerima kepulangan Yusa. Keluarga sudah enggak mau menerima (jika pelaku pulang), ungkapnya. Kronologi Pembunuhan Rencana pembunuhan oleh Yusa Cahyo Utomo terhadap Kristina dan keluarganya berawal dari penolakan korban meminjami uang kepada pelaku, Minggu (1/12/2024). Sakit hati permintaannya ditolak, Yusa kembali ke rumah Kristina pada Rabu (4/12/2024) dini hari pukul 3.00 WIB. Ia menyelinap ke dapur di bagian belakang rumah dan menunggu Kristina keluar. Saat Kristina keluar, Yusa lantas menghabisi nyawa kakak kandungnya itu menggunakan palu. Suami Kristina, Agus, mendengar suara teriakan sang istri dan keluar untuk mengecek. Nahas, Agus juga dibunuh oleh Yusa. Aksi Yusa berlanjut dengan menyerang anak Kristina, CAW dan SPY. Namun, ia membiarkan SPY tetap hidup sebab merasa kasihan. Usai melancarkan aksinya, Yusa membawa barang berharga milik korban, termasuk mobil dan beberapa telepon genggam. Ia kemudian kabur ke Lamongan dan berhasil ditangkap pada Kamis (5/12/2025). Atas perbuatannya, Yusa dijatuhi vonis mati buntut pembunuhan berencana terhadap Kristina dan keluarga. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Yusa Cahyo Utomo dengan hukuman mati, kata Ketua Majelis Hakim, Dwiyantoro dalam sidang putusan yang berlangsung di Ruang Cakra Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri, Rabu (13/8/2025), pukul 12.30 WIB, masih dikutip dari TribunJatim.com.

Terkini