Salah satu pekerja meminjam uang dari bank, teman, dan keluarga, dan masih memiliki utang lebih dari Rp 23 juta.
"Kenapa aku berakhir seperti ini? Sekarang saya di Indonesia tanpa pekerjaan. Ini tidak adil karena saya sudah berkorban begitu banyak," katanya, seperti dikutip dari Guardian.
Direktur Pelaksana Haygrove, Beverly Dixon, mengatakan perkebunan secara konsisten membayar upah pekerja meski kinerja buruk. Pihaknya juga mengeklaim telah mendukung untuk meningkatkan kualitas pekerja. Menurutnya, target ditetapkan berdasarkan standar yang dapat dicapai oleh mayoritas pekerja.
Dua WNI diduga melarikan diri ke London dan menolak naik penerbangan pulang yang telah dipesan. Mereka kini mendapatkan pekerjaan baru di tempat penampungan berkat bantuan aktivis kesejahteraan migran.
"Skandal ini menunjukkan bahwa beban risiko terkait skema pekerja musiman di Inggris tidak dibebankan pada supermarket, peternakan, operator skema, atau pelaku rantai pasokan lainnya, tapi oleh pekerja dari luar negerinya sendiri," ujar spesialis hak-hak buruh migran yang membantu para pekerja, Andy Hall.
Investigasi oleh Gangmasters and Labour Abuse Authority (GLAA) dibuka Juni lalu, dengan fokus pada tuduhan pungutan liar di Indonesia. Haygrove menyatakan keprihatinan mereka dan mendukung penuh penyelidikan GLAA.
The Guardian menemukan WNI datang ke Inggris dengan utang hingga £5.000 (Rp 100 juta) kepada broker ilegal pada 2022 dan menyebabkan perekrut resmi kehilangan lisensinya.
Sumber: kumparan
Artikel Terkait
Kerangka Manusia Kwitang: Polda Metro Jaya Ambil Alih Penyidikan, Ini Update DNA Terbaru
Hutama Karya KSO Borong Proyek Jalan Papua Rp 4,8 Triliun, Target Rampung 2027
Zohran Mamdani Kuliah di Bowdoin College: Profil dan Pendidikan Calon Wali Kota New York
Kasus 2 Kerangka di Kwitang Diambil Alih Ditreskrimum, Polisi Tunggu Hasil DNA