Tidak seperti Haniyeh, yang telah melakukan perjalanan ke berbagai daerah dan menyampaikan pidato selama perang yang terus berlanjut di Gaza, hingga pembunuhannya, Sinwar diketahui memilih tetap bungkam sejak serangan 7 Oktober. Dia tidak suka tampil dan berpidato di depan umum.
Namun dalam sebuah wawancara tahun 2021 dengan Vice News, Sinwar mengatakan bahwa meskipun Palestina tidak menginginkan perang karena biayanya yang tinggi, mereka tidak akan mengibarkan bendera putih.
"Untuk waktu yang lama, kami mencoba perlawanan yang damai dan populer. Kami berharap bahwa dunia, orang-orang bebas, dan organisasi internasional akan mendukung rakyat kami dan menghentikan pendudukan dari melakukan kejahatan dan membantai rakyat kami. Sayangnya, dunia hanya berdiri dan menonton," katanya.
Sinwar kemungkinan menggambarkan Great March of Return, saat warga Palestina berunjuk rasa setiap minggu selama berbulan-bulan di perbatasan Gaza pada tahun 2018 dan 2019, tetapi menghadapi tindakan keras Israel yang menewaskan lebih dari 220 orang dan melukai banyak lainnya.
'Arsitek' serangan 7 Oktober terhadap Israel
Dianggap sebagai arsitek serangan 7 Oktober terhadap Israel, Sinwar diperkirakan akan mencoba mendorong gerakan itu melalui masa-masa yang tidak pasti di seluruh wilayah dari lokasi yang tidak diketahui di Gaza.
Pemimpin Palestina yang berbasis di Gaza itu adalah musuh publik nomor satu di Israel. Jadi, dengan memilihnya sebagai kepala biro politiknya, Hamas mengirimkan pesan pembangkangan kepada pemerintah Israel.
Artikel Terkait
Insanul Fahmi Akui Sudah Menikah dengan Inara Rusli, Ini Bukti dan Kronologinya
Fakta Lengkap Pembunuhan Alvaro Kiano oleh Alex Iskandar: Motif, Kronologi, dan Foto Pelaku
TNI AL Gagalkan Pengiriman Nikel Ilegal di Konawe Utara, Ini Modus Pelanggarannya
Download Snack Video Tanpa Watermark: GetSnackVideo Solusi Tercepat 2024