PARADAPOS.COM - Eksponen Aktivis sekaligus Wartawan Senior, Jus Soema Di Pradja menyebut bahwa demokrasi di Indonesia sudah tidak ada, begitu pula dengan tradisinya. Mulanya ia bercerita mengenai demokrasi di era kepemimpinan Presiden Soekarno.
"Di situ lah kita lihat (kepemimpinan yang) otoriter (dari) Soekarno, dia mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup. Artinya dia sebagai seorang tokoh, enggak paham apa itu demokrasi," tegas Jus secara virtual dalam diskusi Para Syndicate bertajuk 'Ilusi Pemilu dan Demokrasi: Berpolitik, Bernegara, Berkonstitusi', Jumat (15/12/2023).
Ia juga menyatakan, hal yang sama terjadi pada era kepemimpinan Soeharto yang menggunakan kata-kata demokrasi Pancasila. Namun, menurutnya demokrasi tersebut hanya hiasan di bibir, tidak dilakukan untuk kepentingan rakyat, melainkan kepentingan pribadi Soeharto.
"Jadi bangsa ini demokrasi itu dijadikan slogan. Lebih hancur lagi setelah reformasi. Mungkin bisa dikatakan demokrasi agak baik itu di era Gus Dur. Mega agak lumayan lah. Kalau yang ini hancur lebur, kita mau bicara demokrasi apa?," ujarnya.
Jus menegaskan bahwa seorang presiden seharusnya menjadi milik rakyat.
Artikel Terkait
GibranKu Institute Gelar Dialog Publik: Kunci Kepemimpinan Inklusif Menuju Indonesia Emas 2045
Jokowi Bongkar Fakta Rumah Pensiun Colomadu: Bukan untuk Tinggal, Ternyata Ini Fungsinya!
Prabowo Undang Dasco ke Rumah, Ini 4 Poin Penting yang Mereka Bahas
Prabowo Bongkar Modus Kapal Selam Kartel Narkoba: Ancaman Serius bagi Indonesia