PARADAPOS.COM - Presiden Prabowo Subianto mengaku heran terhadap sejumlah pihak yang menyuarakan wacana 'Indonesia Gelap' dalam beberapa waktu terakhir.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Prabowo dalam pidatonya pada acara Sarasehan Ekonomi di Gedung Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4).
Prabowo awalnya bicara sikap pemerintah yang terbuka terhadap kritik. Namun, dia juga minta semua pihak waspada terhadap propaganda dan kebohongan.
Mantan Menteri Pertahanan ini berkata dalam teknik propaganda, kebohongan yang terus menerus diulangi, lama-lama bisa dipercaya sebagai kebenaran.
"Itu ada di buku, The Art of Propaganda. Semua negara pelajari, dan itu sering dilakukan untuk mendestabilisasi suatu negara yang tidak disukai negara lain," kata dia.
Prabowo berkata bahwa serangan kebohongan hanya dapat dihadapi dengan membuka diri, memberi penjelasan apa adanya, berdasarkan fakta, kenyataan dan ilmu dan matematika.
Dia pun meyakini, kebohongan-kebohongan suatu saat akan terbongkar.
Prabowo lantas menyindir sebutan 'Indonesia Gelap' yang marak dan jadi tema aksi unjuk rasa dalam beberapa pekan terakhir.
"Saya juga heran ada orang yang mengatakan Indonesia gelap. Kalau dia memang merasa gelap, itu hak dia, tapi kalau saya bangun pagi saya lihat Indonesia cerah," jelasnya.
Prabowo menyebut kondisi Indonesia cerah itu juga tercermin ketika dirinya bertemu dengan petani di pelbagai daerah.
Menurutnya saat ini para petani mengaku bahagia karena harga pangan serta hasil produksi terus mengalami peningkatan.
"Kalau saya ketemu petani, petani gembira. Harga pangan, peningkatan hasil mereka naik secara drastis, produksi naik secara drastis," tuturnya.
Ia menyebut hal itu mampu dirasakan oleh petani lantaran pemerintah mengambil kebijakan untuk memangkas regulasi terkait penyaluran pupuk ke masyarakat.
Artikel Terkait
Roy Suryo Investigasi Ijazah Gibran di UTS Sydney: Fakta & Kejanggalan Terungkap
Roy Suryo Klaim Fufufafa adalah Gibran: Fakta & Bantahan yang Menggemparkan
Projo Deklarasi Dukungan Penuh ke Prabowo-Gibran, Siapkan Capres 2029
Pamali Keraton Solo: Larangan Presiden Melayat Raja yang Wafat dan Dampaknya