Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) menyebut, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak dimiliki oleh elite maupun keluarga tertentu.
Hal ini lantaran PSI adalah Partai Super Tbk yang menurutnya saham partai ini dimiliki oleh seluruh kader.
"Tidak ada kepemilikan elite, tidak ada kepemilikan keluarga apalagi, semua memiliki saham yang sama," kata Jokowi, dalam Kongres PSI di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (19/7/2025).
Oleh karena itu, Jokowi mengatakan, seluruh kader harus ikut membesarkan PSI.
"Dengan ini mestinya seluruh anggota, seluruh kader itu bersama-sama ikut membesarkan partai. Karena memiliki rasa yang sama terhadap kepemilikan partai," ungkap dia.
Lebih lanjut, ia meyakini PSI akan menjadi partai besar dan kuat asalkan semuanya bekerja keras.
Dia memprediksi momentum PSI menjadi partai besar pada Pemilu 2034.
"Saya masuk tadi memberikan feeling kepada saya bahwa auranya PSI ini akan menjadi partai kuat dan partai besar. Tapi, jangan tergesa-gesa. Ada step-step-nya," ujar dia.
Bangun 'Mesin' Partai
Jokowi menekankan pentingnya membangun infrastruktur partai yang solid hingga ke akar rumput sebagai syarat mutlak untuk bergerak.
"Kalau mesin itu ada, menggerakkannya kan jauh lebih mudah, kalau mesinnya tidak ada bagaimana menggerakkan. Oleh sebab itu saya titip yang terakhir agar kita bekerja keras bersama-sama agar struktur partai di seluruh wilayah, di seluruh provinsi, kabupaten dan kota segera bisa diselesaikan, paling tidak di 2027 akhir," paparnya.
Isi 'Bensin' dari Dalam
Setelah 'mesin' siap, Jokowi mengingatkan bahwa sumber tenaga utamanya harus berasal dari internal partai itu sendiri.
"Bensinnya itu, kalau mesinnya siap, bensinnya itu ya dari anggota. Inikan memang partai milik kita bersama, sekali lagi kalau mesinnya siap, bensinnya bareng-bareng disiapkan sehingga mesinnya bisa dijalankan," ungkap dia.
Menangkan 'Balapan' dengan Turun ke Bawah
Jokowi menutup resepnya dengan strategi pamungkas.
Menurutnya, memiliki mesin yang kuat dan bensin yang penuh belum menjadi jaminan kemenangan jika partai tidak memahami medan pertempuran sesungguhnya.
"Mesin ada, bensin ada, itupun belum tentu kita bisa balapan dengan partai lain. Kalau kita tidak sering turun ke bawah, kita tidak ngerti keinginan rakyat, kita tidak ngerti kebutuhan rakyat, kita tidak ngerti kemauan rakyat mau kemana," katanya.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Gibran Dinilai Kian Melempem: Tinjauan Kinerja Setahun Prabowo dari Pengamat Sospol
APBD Jabar Rugi! Purbaya Sentil KDM Soal Bunga Giro Rendah, BPK Bisa Turun Tangan
Aqua Terancam Gugatan Hukum Atas Dugaan Penipuan terhadap Konsumen
Prabowo Satukan Indonesia: Mengakhiri Era Cebong dan Kampret