Rekam jejaknya menunjukkan bahwa ia adalah seorang teknokrat profesional yang mampu "bertahan hidup" dan dipercaya di berbagai era dan di bawah berbagai kepemimpinan.
1. Era SBY: Ia sudah menjadi Staf Khusus Menko Perekonomian dan anggota Komite Ekonomi Nasional.
2. Era Awal Jokowi: Ia pernah menjadi Deputi di Kantor Staf Presiden (KSP) dan juga pernah menjadi staf khusus di Kementerian BUMN di bawah Rini Soemarno.
Kemampuannya untuk bekerja di bawah berbagai "raja" politik ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang birokrat yang sangat adaptif dan kompeten, yang keahliannya dibutuhkan oleh siapapun yang sedang berkuasa.
Jadi, "Orang Titipan" atau Teknokrat Murni?
Inilah pertanyaan utamanya. Apakah penunjukannya sebagai Menteri Keuangan adalah murni karena kompetensinya yang diakui oleh Presiden Prabowo?
Ataukah ada "restu" atau bahkan "dorongan kuat" dari mentor politiknya, Luhut Binsar Pandjaitan, yang masih memiliki pengaruh besar?
Jawabannya kemungkinan besar adalah kombinasi keduanya.
Purbaya memiliki kompetensi yang tak terbantahkan, namun di dunia politik, kompetensi saja seringkali tidak cukup.
Jaringan dan kepercayaan dari figur-figur sentral seperti Luhut tidak diragukan lagi menjadi "pelumas" yang memuluskan jalannya menuju kursi bendahara negara.
Kini, tantangan terbesar bagi Purbaya adalah membuktikan bahwa loyalitas utamanya adalah kepada negara dan konstitusi, bukan kepada individu atau kelompok politik tertentu.
Menurut Anda, seberapa besar pengaruh Luhut Binsar Pandjaitan dalam penunjukan Purbaya sebagai Menteri Keuangan?
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Krisis PBNU: Ancaman PBNU Tandingan & Desakan Muktamar Luar Biasa
Komisi III DPR Tolak Usulan Kapolri Dipilih Langsung Presiden: Alasan & Dampaknya
Pembalakan Liar di Sumatera Diduga Picu Banjir Bandang, Desakan Tangkap Korporasi Menguat
Dasco vs Sjafrie: Sinergi Dua Penopang Utama Pemerintahan Prabowo, Bukan Rivalitas