Mendengar itu, Rocky menegaskan dirinya serius kala itu. Karena sejumlah alasan.
“Saya enggak bergurau. Karena waktu itu, saya punya prinsip, calon presiden itu dia mesti lulus pertama bukan elektabilitas, tetapi eticility. Elektabilitas. Pak Mahfud pasti lulus. Lapisan kedua adalah intelektualitas. Mahfud MD pasti lulus. Baru kita izinkan dia uji elektabilitas,” jelasnya.
Itu, kata dia, berbeda dengan saat ini. Sekarang malah terbalik.
“Nah, sekarang calon presiden, calon PRD, diuji elektabilitas dulu, padahal dia defisit intelektualitas, defisit elektabilitas,” terangnya.
“Jadi pada waktu itu di dalam pikiran saya hanya Mahfud MD yang lolos elektabilitas, lulus intelektualitas, baru elektabilitas,” sambungnya.
Menggambarkan hubungannya dengan Mahfud, Rocky menyebut bahwa mereka bersahabat dalam kebaikan. Sebuah persahabatan yang tumbuh karena satu visi.
“Jadi persahabatan saya dengan Pak Mahfud itu, persahabatan karena kebaikan bersama,” pungkasnya.
Sumber: Fajar
Artikel Terkait
Pengakuan Yusril Ihza Mundur Demi Gus Dur Jadi Presiden 1999: Fakta Sejarah Terungkap
Hashim Djojohadikusumo Bantah Isu Lahan Sawit Prabowo: Klarifikasi Lengkap dan Fakta
Bupati Bekasi Ade Kuswara Ditahan KPK, PDIP Sindir Elite Mencla-Mencle
Presiden Prabowo Tegaskan Menteri Harus Setia pada Rakyat, Bukan Individu: Benny K Harman Tanggapi