“Katanya karena ada kartu tani,” selorohnya.
Oleh Ganjar, hal itu dijawab secara tegas bahwa kelangkaan pupuk karena memang kuota dari pusat tidak sebanding dengan kebutuhan petani. Dan, bukan karena kartu tani.
“Kartu tani mau dihapus, kalau kuota pupuknya berkurang kan memang yang buat langka itu soal kuotanya bukan kartunya,” jelas Ganjar.
Baca Juga: Henderson Tinggalkan Kamp Pelatihan Al-Ettifaq, Tanda-Tanda Pindah Ke Eropa Semakin Nyata
Capres beramput putih itu pun memberikan solusi bahwa kelangkaan pupuk akan teratasi kalau kuotanya ditambah dan disesuaikan dengan kebutuhan petani.
“Harusnya ini diatur. Justru kalau pupuk subsidi dijual terbuka malah bisa dikuasai orang-orang tertentu. Maka, pemerintah harus bisa mengatur itu,” tegasnya.
Jawaban Ganjar itu dibenarkan oleh Heri, salah seorang pengecer pupuk. Menurutnya, pupuk khusus petani memang tidak cukup karena kuotanya dikurangi.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: panturanetwork.com
Artikel Terkait
Kredit Perumahan Mandek, Menteri Keuangan Khawatirkan Daya Beli Masyarakat
Bursa Asia Anjlok: Penyebab, Dampak ke Indonesia, dan Prediksi ke Depan
Analisis IHSG Hari Ini: Proyeksi 8.150-8.350 Dipicu Data Ekonomi Q3 2025 & Rebalancing MSCI
Semangat Cokroaminoto & Program Koperasi Desa Merah Putih: Strategi Menkop Ferry Bangun Ekonomi Umat