Dalam RDP tersebut, anggota Komisi VII DPR RI, Muhammad Nasir, sempat mempertanyakan sosok Mr. James, yang diduga memiliki pengaruh besar dalam penempatan pejabat dan pengaturan proyek di perusahaan minyak dan gas milik negara.
Setelah hampir dua tahun tenggelam, nama Mr. James mencuat kembali dalam Diskusi Pegiat Energi, seiring dengan pengusutan kasus dugaan markup harga dalam impor minyak dan BBM periode 2018–2023.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Pertamina harus mengimpor sekitar 1 juta barel minyak per hari, termasuk minyak mentah dan BBM (di luar LPG).
Besarnya kebutuhan ini sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan pribadi melalui praktik rente.
Lantas apakah Mr. James yang disebut dalam diskusi ini adalah orang yang sama dengan nama James yang pernah disinggung dalam RDP?
Nama tersebut juga muncul bersama beberapa inisial lain, seperti ET/BT, HR, MRC, dan Kr. Inilah yang masih menjadi pertanyaan publik.
Menurut Nasir sosok yang dipanggil “Mr James” ini bisa mengatur jabatan hingga proyek yang tengah dikerjakan oleh Pertamina.
Sosok ini, diungkap Nasir merupakan salah satu orang kepercayaan Boy Thohir, kakak Menteri BUMN Erick Thohir. "Ini bisa mengatur jabatan hingga proyek yang tengah dikerjakan oleh Pertamina," kata Nasir.
Sementara berdasarkan penelusuran, juga terindikasi `Mr James` ini bernama asli Febri Prestyadi Soeparta yang merupakan salah satu orang kepercayaan Boy Thohir.
Febri Prestyadi Soeparta merupakan Boss PT Zerotech Nusantara, masuk dalam daftar perusahaan penunjang migas tercatat sebagai daftar jasa penunjang migas dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) No 27/2008 tentang bidang usaha jasa konstruksi.
Diketahui PT Zerotech Nusantara menyediakan jasa tenaga kerja pengeboran, kerja ulang dan perawatan sumur.
Di website Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jakarta tercatat perusahaan Febri ini sudah terdaftar sejak 10 Maret 2008 di Kadin Jakarta.
Disampaikan juga bahwa sejumlah pejabat Pertamina sering kali dipanggil menghadap `Mr James` ini di kediamannya di Jl. Kertanegara, Jakarta ini untuk urusan jabatan dan proyek-proyek dalam lingkungan Pertamina.
Bahkan dikatakan bahwa dalam waktu dekat akan ada pergeseran posisi Direktur Utama Rokan, dan yang menggantikan merupakan orang dekat Mr James yaitu Chalid Said Salim.
"Jadi tentu ini perlu ditelusuri lebih jauh," katanya.
Nasir juga mempertanyakan apakah `Mr James` ini sengaja menjalankan perintah Boy Thohir untuk mencari proyek-proyek dalam lingkungan Pertamina.
Hal tersebut memiliki tujuan supaya bisa membantu Erick Thohir dalam masa pencalonan Wakil Presiden 2024 mendatang.
"Lalu, kapankah transparansi dalam penunjukan pejabat di lingkungan perusahaan ini akan bersih dan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki pejabat tersebut bila pengaruh makelar jabatan masih sangat kuat," katanya.
Di lain sisi, Febri yang diduga Mr James juga pernah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2013 silam.
Ketika itu Febri diperiksa sebagai Pimpinan PT Zerotech Nusantara itu.
Riza Chalid
Nama Riza Chalid menang saat ini menjadi sorotan publik setelah putranya, Muhammad Kerry Adrianto Riza (MKAR) dan Gading Ramadhan Joedo, ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi itu.
Menurut hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung, MKAR diduga sebagai Beneficial Owner PT Navigator Khatulistiwa serta berperan sebagai perantara dalam memenangkan tender impor minyak mentah.
Bersama dua tersangka lainnya dari sektor swasta, MKAR diduga telah menyepakati harga yang lebih tinggi sebelum proses lelang dimulai.
Akibatnya, negara mengalami kerugian finansial. Saat ini, MKAR telah resmi ditahan di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Salemba.
Mohammad Riza Chalid, atau Reza Chalid, adalah pengusaha Indonesia yang bergerak di berbagai sektor, seperti ritel mode, perkebunan sawit, industri minuman, dan minyak bumi. Karena dominasinya di bisnis impor minyak, ia dijuluki "Saudagar Minyak" atau The Gasoline Godfather.
Namanya kerap dikaitkan dengan kontroversi bisnis perminyakan, khususnya terkait Petral, anak usaha Pertamina berbasis di Singapura.
Bisnisnya diperkirakan bernilai US$30 miliar per tahun, dengan kekayaan mencapai US$415 juta, menempatkannya sebagai orang terkaya ke-88 dalam daftar Globe Asia 2015.
Riza lahir dari pasangan Chalid Rachmat bin Abdat dan Siti Hindun binti Ali Alkatiri. Ia menikah dengan Roestriana Adrianti (Uchu Riza) pada 1985 dan bercerai pada 2012.
Dari pernikahan ini, mereka memiliki dua anak: Muhammad Kerry Adrianto (lahir 1985) dan Kenesa Ilona Rina (lahir 1989).
Pada 1997, Riza mewakili PT Dwipangga Sakti Prima milik Mamiek Soeharto dan Bambang Trihatmodjo dalam pembelian pesawat Sukhoi di Rusia.
Perusahaan ini sebelumnya tersangkut kasus mark-up dalam pengadaan pesawat Hercules pada 1996. Dalam kunjungan itu, turut hadir Ginandjar Kartasasmita dan Jenderal Wiranto.
Nama Riza Chalid tidak hanya dikenal sebagai saudagar minyak, ia juga sempat terseret dalam skandal “Papa Minta Saham” bersama eks Ketua DPR RI Setya Novanto dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Maroef Sjamsoedin pada tahun 2015 silam.
Ia bersama Setya Novanto diduga meminta saham PT Freeport Indonesia sebesar 20 persen untuk diserahkan kepada Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai kompensasi bila perpanjangan kontrak perusahaan asal Amerika Serikat yang akan habis pada tahun 2021 itu berjalan mulus.
Meskipun kasus ini menarik perhatian media dan publik, penanganannya menjadi sorotan akibat dugaan adanya intervensi politik yang melibatkan tokoh-tokoh besar Indonesia lainnya.
Namun lagi-lagi kasus tersebut tidak menemukan ujungnya, Kejaksaan Agung kemudian mengangkat skandal "Papa Minta Saham" sebagai bentuk permufakatan jahat dan dinamika ini berakhir dengan pengunduran Setya Novanto sebagai Ketua DPR RI periode 2014-2019 kala itu.
Dia diketahui memiliki sejumlah perusahaan seperti Supreme Energy, Paramount Petroleum, Straits Oil, dan Cosmic Petroleum YANG berbasis di Singapura dan terdaftar di Kepulauan Virgin.
Pada Desember 2015, ia melaporkan pencemaran nama baik terhadap akun Twitter palsu @Riza_Chalid yang menyebarkan informasi tidak benar tentang dirinya.
Hasil Penggeledahan
Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung Harli Siregar menyampaikan, penggeledahan penyidik dilakukan di salah satu rumah Riza Chalid yang juga mantan bos Petral itu di Jalan Jenggala II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Penggeledahan juga dilakukan di Lantai 20 Plaza Asia, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.
"Mengenai rumah siapa yang digeladah, sudah dijelaskan tadi oleh Pak Direktur Penyidikan (Abdul Qohar). Nah, kita harapkan penggeledahan ini akan membuat semakin terang, membuka tabir tindak pidana yang sedang berproses saat ini," jelas Harli, Selasa (25/2/2025).
Tim penyidik Jampidsus juga sudah melakukan kegiatan hukum serupa di sejumlah lokasi.
"Sudah empat kali penyidik pada Jampidsus melakukan penggeledahan. Dan tadi (Senin) malam, penggeledahan juga dilakukan di tujuh tempat yang berbeda-beda," beber Harli.
Di antaranya, penggeledahan di salah-satu rumah di kawasan Bintaro dan di perkantoran di kawasan Gambir, Jakarta Pusat. Juga dilakukan di salah satu rumah yang berada di wilayah Pondok Aren, Jakarta Selatan.
"Ada juga dilakukan penggeledahan di rumah yang berada di daerah Cimanggis, dan rumah dinas di Cilandak. Juga penggeledahan yang dilakukan di rumah yang berada di kawasan Kebayoran Lama, juga di Keluruhan Cipete Selatan," jelas Harli.
Menurut Harli, penggeledahan serempak di tujuh lokasi tersebut terkait dengan penetapan tujuh tersangka korupsi ekspor impor minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina. Kasus yang terjadi sepanjang 2018-2023 itu merugikan keuangan negara Rp 193,7 triliun.
Apa hasil dari seluruh rangkaian penggeledahan tersebut, ada sejumlah uang yang berhasil disita, berupa 20 lembar uang pecahan 1.000 dolar Singapura.
Penyidik juga menemukan uang sebanyak dua ratus lembar pecahan 100 dolar AS dan uang 4.000 lembar pecahan Rp 100 ribu dengan total Rp 400 juta.
"Penggeledahan ini akan terus berkembang," kata Harli.
Sumber: MonitorIndonesia
Artikel Terkait
Rismon Sianipar Dilaporkan Andi Azwan ke Polisi: Tuduhan TPPU hingga Keturunan PKI
Roy Suryo Dituntut Hukum: IPW Bela Polda, Bukan Kriminalisasi Ijazah Jokowi
KPK Selidiki Dugaan Korupsi Lahan Proyek Kereta Cepat Whoosh: Modus & Fakta
KPK Didesak Tetapkan Tersangka Kasus Korupsi Proyek Kereta Cepat Whoosh, Diduga Rugikan Negara