Sheikh Hasina Divonis Mati: Kronologi, Profil, dan Dampak Politiknya

- Selasa, 18 November 2025 | 02:50 WIB
Sheikh Hasina Divonis Mati: Kronologi, Profil, dan Dampak Politiknya

Karier politiknya dimulai setelah tragedi kudeta militer yang menewaskan ayahnya. Hasina sempat hidup dalam pengasingan sebelum akhirnya kembali ke Bangladesh dan membangun karier politik yang cemerlang.

Sheikh Hasina tercatat menjabat sebagai Perdana Menteri Bangladesh dalam beberapa periode, yakni dari 1996 hingga 2001, dan kembali berkuasa dari tahun 2009 hingga 2024. Di bawah kepemimpinannya, Bangladesh mengalami kemajuan signifikan dalam berbagai sektor, termasuk pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, dan penguatan institusi negara.

Warisan Politik dan Dampak Vonis Hukuman Mati

Dengan total masa jabatan sekitar 15 tahun, Sheikh Hasina tercatat sebagai salah satu perdana menteri dengan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Bangladesh.

Vonis hukuman mati ini tidak hanya menjadi titik nadir dalam karier politiknya, tetapi juga berpotensi membawa dampak besar terhadap stabilitas politik dan proses rekonsiliasi nasional di Bangladesh.

Jika eksekusi benar-benar dilaksanakan, ini akan menjadi preseden sejarah pertama di mana seorang mantan pemimpin negara dihukum mati atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terkait dengan penanganan protes dalam negeri.

Kronologi Tuduhan dan Proses Pengadilan

Gelombang kontroversi besar dalam kepemimpinan Hasina memuncak pada pertengahan 2024. Saat itu, aksi protes yang digerakkan oleh mahasiswa meluas menjadi krisis nasional. Pemerintahan Hasina dituding sebagai dalang di balik tindakan kekerasan terhadap para demonstran.

Jaksa penuntut dalam persidangan mengungkapkan bahwa selama aksi protes berlangsung, aparat keamanan yang berada di bawah komando pemerintah menggunakan senjata mematikan. Penggunaan helikopter, drone, dan senjata api berat turut disorot dalam proses persidangan.

Tuduhan inti yang diajukan terhadap Sheikh Hasina adalah perintah untuk melakukan "pembunuhan massal" terhadap para mahasiswa yang tengah berunjuk rasa.

Halaman:

Komentar