PARADAPOS.COM - Isu potensi pecahnya Perang Dunia III kian ramai dibicarakan setelah eskalasi konflik Iran vs Israel yang semakin memanas.
Dalam episode terbaru podcast Close The Door, mantan Duta Besar RI untuk Iran, Dian Wirengjurit, berbicara banyak tentang konflik ini.
Dia menyoroti dua kubu yang akan saling serang jika perang besar benar-benar meletus.
Menurut Dian, Israel disokong oleh negara-negara G7, sementara di belakang Iran berdiri Rusia, Tiongkok, Turki, dan Pakistan.
Lantas, bagaimana kekuatan militer dari masing-masing koalisi?
Kekuatan Militer G7
Koalisi ini terdiri dari negara-negara dengan kekuatan ekonomi dan militer paling dominan di dunia.
Di antara mereka, Amerika Serikat adalah poros utama dengan anggaran pertahanan terbesar di dunia dan teknologi militer paling mutakhir.
AS memiliki lebih dari 2,2 juta personel militer, ribuan pesawat tempur, kapal induk, dan senjata nuklir dalam jumlah besar.
Armada lautnya mendominasi hampir semua samudra, sehingga kekuatan militer sang Paman Sam layak untuk ditakuti.
Anggota G7 lainnya, yakni Jepang, Inggris, Prancis, Italia, Jerman, dan Kanada, juga memiliki angkatan bersenjata yang kuat dan modern.
Jepang memiliki teknologi pertahanan mutakhir, sementara Inggris dan Prancis punya kapal induk serta senjata nuklir.
Italia dan Jerman memperkuat aliansi lewat modernisasi angkatan darat dan udara mereka.
Kanada sendiri, meskipun lebih kecil, aktif dalam misi multinasional dan modernisasi armada.
Keunggulan utama blok ini adalah dominasi udara, kekuatan proyeksi global (deployment ke seluruh dunia).
Kapasitas nuklir serta pertahanan siber yang sangat tinggi membuat negara-negara G7 semakin kuat.
Selain itu, mereka tergabung dalam NATO, menjadikan koordinasi militer lebih solid dan terstruktur.
Kekuatan Militer Rusia, Tiongkok, Turki, dan Pakistan
Meski tidak semuanya tergabung dalam aliansi formal seperti NATO, Iran mendapat dukungan strategis dari kekuatan besar dunia Timur.
Rusia adalah negara dengan hulu ledak nuklir terbanyak di dunia dan teknologi militer canggih seperti rudal hipersonik dan sistem pertahanan udara S-400.
Angkatan udaranya menyaingi AS, dengan jet tempur generasi lanjut dan armada laut yang kuat.
Tiongkok memiliki jumlah personel militer aktif terbesar di dunia dan anggaran pertahanan terbesar kedua setelah AS.
Mereka tengah memperluas kekuatan laut, mengembangkan pesawat tempur siluman (J-20), serta menguasai teknologi drone, siber, dan kecerdasan buatan.
Turki, meskipun anggota NATO, sering memainkan politik luar negeri secara independen.
Militer Turki sangat modern, dengan produksi lokal seperti drone Bayraktar yang terbukti efektif di berbagai konflik.
Turki cenderung menjaga keseimbangan dalam konflik, tapi memiliki kemampuan untuk bertindak signifikan jika dibutuhkan.
Pakistan juga tak bisa diremehkan. Mereka adalah negara nuklir dengan kekuatan darat dan udara yang besar.
Meski lebih berhati-hati dalam urusan geopolitik global, kedekatannya dengan Iran secara geografis dan historis menjadikannya pemain penting di kawasan.
Kubu Mana yang Akan Menang Jika Perang Dunia III Terjadi?
Menentukan "pemenang" dalam Perang Dunia III tentu saja bukan perkara sederhana.
G7, dengan Amerika Serikat di dalamnya jelas unggul dari sisi teknologi militer, interoperabilitas pasukan, serta penguasaan medan global.
Mereka memiliki pengalaman perang modern dan infrastruktur logistik militer yang masif.
Namun, blok pro-Iran tidak bisa diremehkan. Rusia dan Tiongkok adalah dua kekuatan global dengan kapasitas tempur luar biasa dan visi geopolitik multipolar.
Jika mereka sepenuhnya terlibat, konflik bisa berubah menjadi perang total skala global, termasuk potensi penggunaan senjata nuklir.
Kekuatan gabungan Rusia, Tiongkok, Turki, dan Pakistan bisa menjadi penyeimbang dominasi Barat.
Latihan militer gabungan, dukungan logistik, intelijen, dan kerja sama ekonomi akan memperkuat posisi Iran jika perang pecah.
Namun, perlu dicatat bahwa keterlibatan penuh negara-negara besar seperti Rusia dan Tiongkok sangat bergantung pada kalkulasi risiko global.
Mereka cenderung memilih dukungan tidak langsung (logistik, diplomatik, siber), kecuali jika eksistensi mereka terancam.
Adu kekuatan militer antara dua kubu berpotensi membawa kehancuran besar jika Perang Dunia III benar-benar terjadi.
Koalisi Barat unggul dalam teknologi dan jaringan militer global, sementara kubu pro-Iran memiliki kekuatan yang tak bisa dipandang remeh.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Hanya bisa memantau, karena kekuatan militer kita sangat jauh dari negara-negara tersebut.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Trump Ngamuk Disebut Gagal Hancurkan Fasilitas Nuklir Iran
Intelijen AS Bantah Klaim Trump, Situs Nuklir Iran Ternyata Masih Utuh
Disebut Media Barat Sudah Tewas, Komandan Pasukan Quds Muncul dalam Perayaan Kemenangan Iran
Israel Ancam Bunuh Khamenei jika Tolak Gencatan Senjata Trump