Ini Sosok Profesor China Yang Berani Debat Sengit dan Marahi Perwira Militer Israel

- Minggu, 21 September 2025 | 06:55 WIB
Ini Sosok Profesor China Yang Berani Debat Sengit dan Marahi Perwira Militer Israel




PARADAPOS.COM - Sosok Ilmuwan China Yan Xuetong menarik perhatian publik internasional baru-baru ini. 


Dekan Institut Hubungan Internasional di Universitas Tsinghua, dengan berani berdebat dan memarahi perwira Israel Elad Shoshan tentang apa yang dilakukan oleh Zionis di Jalur gaza.


Xuetong mempertanyakan langkah-langkah Israel yang dengan kejil membunuh warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.


"Militer kalian seharusnya [menembak] teroris. Bukan anak-anak! Bukan perempuan! Ketika [kalian] menembak perempuan dan anak-anak, kalian kehilangan legitimasi untuk melakukan tindakan apa pun [karena] alasan itu," kata Yan dalam video tersebut.


Profesor tersebut menggunakan analogi perampokan bank, bertanya kepada Shoshan apakah polisi harus menembak karyawan dan nasabah bank untuk menangkap para penjahat.


Debat sengit di antar keduanya terjadi di sela-sela forum tahunan Xiangshan di Beijing pada Rabu lalu.


Shoshan, yang bersama delegasi Israel di forum keamanan, membantah klaim Yan bahwa lebih dari 70.000 warga sipil dibunuh oleh Israel dalam perang di Gaza. 


"Kami benar-benar melakukan semua yang kami bisa untuk tidak melukai warga," katanya, menurut klip tersebut.


"Faktanya bukan kalian yang memutuskan. Faktanya ditentukan oleh komunitas internasional," kata Yan kepada delegasi Israel.


Atase militer Israel di Beijing itu berdalih bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk memburu Hamas, dan meminimalisir korban warga sipil.


Lantas siapa sebenarnya Yan Xuetong?


Yan Xuetong merupakan profesor terkemuka di Universitas Tsinghua dan anggota luar negari dari Akademi Sains Rusia


Beliau menjabat sebagai Dekan Institut Hubungan Internasional di Universitas Tsinghua dan Sekretaris Jenderal Forum Perdamaian Dunia.


Xuetong meraih gelar Ph.D. dari University of California, Berkeley pada 1992 dan dinobatkan sebagai salah satu dari 100 intelektual publik terbaik dunia oleh jurnal Amerika Foreign Policy pada tahun 2008.


Beliau adalah pendiri realisme moral HI dan satu-satunya ilmuwan politik Tiongkok yang terdaftar dalam daftar peneliti Tiongkok paling banyak dikutip oleh Elsevier selama periode 2014-2019. 


Beberapa bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jepang, Korea, Hindi, Persia, dan Albania.


Salah satu pandangan akademis utamanya yakni "Menekankan kepentingan nasional realis sebagai titik awal"


Analisis Kepentingan Nasional Tiongkok yang diterbitkan pada 1997 merupakan karya pertama tentang kepentingan nasional Tiongkok. 


Karya ini mengungkapkan bahwa kepentingan nasional adalah kepentingan yang dianut oleh kelas penguasa dan kelas yang diperintah. 


Oleh sebab itu, kepentingan nasional tidak memiliki kelas. 


Karya ini juga menetapkan kerangka analitis untuk menilai prioritas kepentingan nasional melalui analisis utilitas. 


Hal ini memberikan landasan teoretis bagi transisi dari prinsip-prinsip ideologis ke prinsip kepentingan nasional dalam pembuatan kebijakan luar negeri Tiongkok.



Tuduhan Netanyahu 


Pada Senin, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Tiongkok memimpin blokade media terhadap negara yang mayoritas penduduknya Yahudi tersebut. 


Tudingan itu memicu reaksi keras dari Beijing, yang mengatakan bahwa mereka terkejut oleh retorika yang sama sekali tidak berdasar.


Berbicara di hadapan delegasi bipartisan yang terdiri dari 250 anggota parlemen negara bagian AS di Yerusalem pada Senin, Netanyahu mengatakan bahwa beberapa negara terlibat dalam serangan daring terhadap Israel.


"Salah satunya adalah Tiongkok, dan yang lainnya adalah Qatar," kata pemimpin Israel tersebut. 


"Mereka sedang mengorganisir serangan terhadap Israel, legitimasinya, di media sosial dunia Barat dan Amerika Serikat."


Ia menambahkan bahwa Israel harus melawan kampanye tersebut dengan upayanya sendiri.


"Tiongkok terkejut dengan pernyataan yang dibuat oleh pemimpin Israel tersebut," kata kedutaan besar Tiongkok di Israel dalam sebuah pernyataan di media sosial pada Rabu.


“Klaim tersebut sama sekali tidak berdasar dan merusak hubungan Tiongkok-Israel. Tiongkok sangat mengkhawatirkan hal tersebut dan dengan tegas menentangnya,” kata kedutaan.


Kedutaan Besar AS mengatakan tindakan Israel seperti menyerahkan rasa putus asa kepada dokter mana pun ketika sedang sakit parah. 


Israel menyalahkan segelintir platform media sosial atas kritik terhadap negara tersebut dan kemudian menuding Tiongkok.


Pada  2023, Tiongkok telah menjadi mitra dagang global terbesar kedua Israel dan sumber impor barang terbesarnya. 


Demikian menurut data Kementerian Perdagangan Tiongkok.


Dalam dolar AS, pembelian Tiongkok dari Israel tumbuh 100,1 persen dibandingkan tahun lalu selama delapan bulan pertama tahun 2025, sementara ekspor Tiongkok ke negara Timur Tengah tersebut naik 19,3 persen, menurut data bea kerajinan Tiongkok.


Tiongkok dan Israel telah mengisyaratkan kesediaan mereka untuk menghidupkan kembali kerja sama sejak Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi mengadakan pertemuan dengan mitranya dari Israel, Gideon Saar, pada bulan Februari. 


Pertemuan digelar di sela-sela Konferensi Keamanan Munich, perundingan langsung tingkat tertinggi antara kedua belah pihak sejak dimulainya perang Gaza.


Dalam sebuah resepsi di Tel Aviv Rabu lalu, utusan utama Beijing untuk Israel, Xiao Junzheng, mengatakan Tiongkok siap bekerja sama dengan Israel untuk mendorong perkembangan yang stabil dalam hubungan bilateral.


Sumber: Republika

Komentar