Meskipun mendapat tentangan Netanyahu, Turki telah menyatakan kesiapannya berpartisipasi dalam gugus tugas internasional pengawas gencatan senjata. Presiden Erdogan sendiri menyatakan kesediaan Turki turun "di lapangan," baik dalam kapasitas militer maupun sipil.
Turki memiliki ambisi strategis memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah, dengan keterlibatan langsung di Gaza sebagai salah satu caranya. Sebagai negara dengan akar sejarah Kesultanan Utsmaniyah yang pernah menguasai wilayah tersebut, Turki ingin menegaskan kembali perannya sebagai pelindung umat Islam dan penjaga isu Palestina.
Fase Kedua Rencana Perdamaian
Mediator kini beralih ke fase kedua rencana Trump yang menuntut pelucutan senjata Hamas dan mengantisipasi pengerahan Pasukan Stabilisasi Internasional. Pasukan ini bertugas melatih dan mendukung kepolisian Palestina yang telah melalui proses pemeriksaan.
Hingga saat ini, gencatan senjata fase pertama telah berjalan 12 hari dengan pertukaran tawanan dimana sandera-sandera yang masih hidup dibebaskan Hamas, sementara Israel membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina.
Fluktuasi Hubungan Israel-Turki
Hubungan diplomatik Turki-Israel mengalami fluktuasi drastis dua tahun terakhir. Setelah pemulihan hubungan diplomatik penuh Agustus 2022, harapan perbaikan hubungan sempat menguat dengan penunjukkan kembali duta besar dan peningkatan dialog politik.
Namun dinamika positif berubah total pasca serangan Hamas 7 Oktober 2023 dan respons militer Israel di Gaza. Presiden Erdogan mengkritik keras tindakan Israel dan menunjukkan dukungan kuat kepada Hamas, memicu ketegangan diplomatik signifikan.
Ketegangan memuncak tahun 2024 seiring berlanjutnya operasi militer Israel. Turki mengambil langkah tegas dengan mengumumkan penghentian seluruh hubungan perdagangan dengan Israel pada Mei 2024 sebagai protes atas agresi Israel.
Pada Agustus 2025, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengumumkan penghentian total hubungan dagang dan ekonomi dengan Tel Aviv, memperkuat sinyal bahwa Turki tidak lagi melihat kerja sama dengan Israel sebagai prioritas.
Hubungan diplomatik Turki-Israel dalam dua tahun terakhir dapat digambarkan sebagai perjalanan dari harapan normalisasi singkat menjadi krisis dan keretakan mendalam, dengan perang Gaza sebagai katalis utama yang membalikkan tren positif.
Sumber: Paradapos.com
Artikel Terkait
Truk BBM Terbalik di Nigeria Diserbu Warga, Berujung Ledakan Maut: 29 Tewas
China Bela Proyek Whoosh: Manfaat untuk Publik Lebih Penting Daripada Sekadar Angka Keuangan
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak
Mantan PNS Filipina Penyingkap Korupsi Tewas Ditembak, Pemicu Gelombang Demonstrasi