PARADAPOS.COM - Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nampaknya masih belum bisa bersahabat dengan tahun ular kayu, karena terus dihantam berbagai permasalahan mulai dari polemik kenaikan PPN 12 persen hingga musim Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Dalam kondisi ekonomi global yang masih dinamis ini, Presiden Prabowo Subianto harus segera mengambil beberapa kebijakan, khususnya yang bisa mendukung sektor industri dalam negeri.
Pasalnya, di 2025 ini akan terjadi musim PHK yang menimpa sektor industri manufaktur khususnya padat karya.
Kenyataan pahit yang harus dihadapi Prabowo di awal tahun ini adalah pengumuman dari PT Sri Rejeki Isman (Sritex), karena per 28 Februari lalu, perusahaan tekstil terbesar nasional itu resmi berhenti beroperasi. Dengan keputusan tersebut, setidaknya sekitar 12.000 buruhnya terkena PHK.
Selain Sritex, ada juga PT Sanken Indonesia dan PT Yamaha Music Manufacturing Indonesia yang mengumumkan bangkrut dan merumahkan ribuan pekerjanya.
Sebagai informasi, PT Sanken sudah resmi menyatakan akan berhenti beroperasi pada Juni 2025.
Akibat kebijakan tersebut setidaknya ada sekitar 400 buruhnya terancam terkena PHK. Begitu juga dengan PT Yamaha Music Manufacturing yang telah merumahkan 2.700 karyawannya.
Keputusan tiga perusahan tersebut menambah deretan musim PHK yang terjadi usai Pandemi COVID-19 lalu. Berdasarkan data dari Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) setidaknya ada 45 ribu pekerja yang sudah di PHK dalam kurun waktu tahun 2024. Jumlah tersebut paling banyak terjadi di wilayah Jawa Barat (Jabar), Banten, dan Jawa Tengah (Jateng).
Kemenaker menyebut penyebab maraknya PHK itu terjadi akibat berbagai faktor, salah satunya karena beberapa perusahaan padat karya tersebut sudah tidak bisa bersaing dalam situasi saat ini.
"45.762 per hari ini tanggal 23 Agustus, tetap didominasi sektor manufaktur atau industri pengolahan. Di-zoom lagi sektor tekstil, garmen, alas kaki," kata Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI dan Jamsos) Kemenaker Indah Anggoro Putri ketika ditemui di sela-sela Naker Fest 2024 di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurutnya, jumlah PHK yang terjadi pada 2024 meningkat dibandingkan tahun sebelum. Hal ini disebabkan karena perusahaan khususnya di bidang padat karya masih belum bisa bangkit dari keterpurukan akibat Pandemi COVID-19. Namun dengan adanya penambahan jumlah PHK di 2025 seperti Sritex, Sanken, dan Yamaha, maka hal ini menambah panjang daftar PHK yang akan terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Pemerintah sendiri masih belum serius menangani hal ini karena hingga sekarang belum ada kebijakan khusus untuk mendukung industri manufaktur padat karya.
Berdasarkan Outlook Ekonomi dan Bisnis 2025 yang telah dirilis APINDO menyebutkan bahwa industri padat karya diprediksi masih akan menghadapi berbagai tantangan besar sepanjang tahun ini.
Artikel Terkait
Roy Suryo: 99,9% Akun Kaskus Fufufafa Milik Gibran, Klaim 3.000 Ujaran Kebencian
Banjir Jakarta 2025: Penyebab & Kritik untuk Pramono Anung
Dukung Bareskrim! IPW Soroti Kerugian Negara Rp 1,08 Triliun dari Tambang Emas Ilegal di Lombok
Strategi Partai Perindo Dongkrak 130 Juta Warga Naik Kelas Ekonomi