Hidup Tetap Begitu-Begitu Saja, Meski Prabowo Presidennya

- Minggu, 23 Maret 2025 | 08:05 WIB
Hidup Tetap Begitu-Begitu Saja, Meski Prabowo Presidennya


Saat itu terjadi, kelas menengah ke bawah Indonesia hidupnya bakal begitu-begitu saja.


Begitu-begitu saja yang saya maksud adalah terbiasa menerima kebijakan pemerintah yang ugal-ugalan. Bikin kebijakan yang lebih banyak menguntungkan pengusaha ketimbang kelas pekerja, sedikit berbagi bansos untuk jutaan masyarakat miskin, naikin pajak yang terasa banget buat kelas menengah yang kian menipis jumlahnya, kasih subsidi dan keringanan pajak untuk kelas atas yang isinya kaya dan orangnya itu-itu aja.


LPEM FEB UI dalam laporan “Indonesia Economic Outlook triwulan III-2024” menyebutkan, kelas atas di Indonesia jumlahnya hanya 0,4 persen, sementara kelas menengah hanya tersisa 18,8 persen, selebihnya adalah mereka yang berada dalam kategori “calon kelas menengah”, “rentan”, dan “miskin”. Mereka yang ada berada di kelas menengah ke bawah adalah yang selama ini struggling menjalani hidup.


Apa yang mungkin lebih buruk dari itu?


Warga mengkritik pejabat di media sosial potensi dijerat UU ITE, media dan jurnalis kritis di-doxxing atau diserang buzzer, demonstrasi turun ke jalan dihajar aparat polisi, hingga militer mendapat jabatan sipil pun sudah terjadi. 


Bahkan hal yang tidak terbayangkan sebelumnya, punya wakil presiden jalur putusan MK pun sudah disuguhkan.


Masyarakat pun sudah terbiasa ditempa dengan berbagai macam kondisi. Harga bahan pokok naik 10-25 persen meski gaji hanya naik mengikuti inflasi, itu belum termasuk potongan sana-sini. Potongan Tapera bakal segera dilaksanakan tanpa jaminan bisa punya rumah.


Anak muda bonus demografi pun luar biasa kuatnya. Mereka tetap tegar meski diomongin tetangga karena menganggur lama, susah dapat kerja, begitu dapat kerja mudah di-PHK. 


Dicibir pemerintah karena doyannya traveling dan ngopi di kala senja, sehingga tak bisa punya tabungan pun tetap berusaha bahagia. UKT mahal pun tetap dijalani dengan berbagai cara. Paling mentok, anak-anak muda nangis saat dengerin Bernadya, bukan karena pemerintah yang tak bisa menyediakan lapangan kerja.


Di atas kertas, para anak muda, sebagian besar Gen Z, mendominasi postur demografi. Sebagian besar dari mereka adalah pengangguran, jika bekerja pun dengan upah yang murah. 


Berdasarkan data BPS 2023, sebanyak 50 persen pengangguran berasal dari kelompok umur 15-29 tahun. Mereka adalah Gen Z dan sebagian Milenial yang selama ini invisible, ada dan dekat dengan kita namun jarang dibicarakan.


Pemerintah justru memilih Gen Z ber-privileged dengan mengangkat mereka menjadi staf khusus presiden, sebagai gimmick keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap kelompok muda ini.


Semua dilalui selama sepuluh tahun dengan terengah-engah. Tapi kelelahan itu sudah dianggap biasa dan dinormalisasi, sebagai kerja keras sendiri, jika sukses paling juga diklaim sebagai keberhasilan pemerintah. Bagaimana dengan lima tahun mendatang?


Jika ada hal yang bakal paling membuat lelah pada pemerintah baru ini adalah menjaga stamina untuk mengawasi eksekutif, legislatif, yudikatif agar tidak ugal-ugalan menggunakan kekuasaannya. 


Semua itu harus dilakukan bersama-sama, membangun koalisi masyarakat sipil yang kuat sebagaimana elite membangun koalisi pragmatis di istana.


Mentransformasi gerakan sosial di jagat maya menjadi gerakan masyarakat jangka panjang yang solid. Pengorganisasian masyarakat akar rumput juga perlu dirawat dan membangun jejaring taktis di berbagai isu.


Meski berat, masyarakat harus tetap menempuh hidup yang begitu-begitu saja. Begitu-begitu saja yang saya maksud adalah hidup seperti yang sekarang dijalani. 


Tetap turun ke jalan meski aparat polisi bakal menembakkan gas air mata, tetap mengkritik pejabat korup meski di bawah ancaman ITE, tetap bersuara meski para wakil rakyat sudah pekak telinganya.


Sekalipun itu gerakan yang kecil, namun jadilah keras seperti batu kerikil yang menyelip di sepatu para oligarki. 


Kita harus tetap keras kepala, memperjuangkan hak-hak mendasar untuk hidup kita yang begitu-begitu saja, meski Prabowo presidennya.


Sumber: ProjectMultatuli

Halaman:

Komentar