'Jokowi dan Proyek Membodohi Bangsa'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Rakyat Indonesia tak lagi buta. Mereka telah cukup lama menjadi penonton sekaligus korban dari drama panjang kekuasaan Joko Widodo. Kini, layar pertunjukan terbuka lebar.
Semua bisa melihat dengan jelas siapa sebenarnya Presiden dua periode ini: sosok yang dibalut citra sederhana, namun belakangan tampak begitu lihai memainkan kekuasaan demi kelanggengan pengaruhnya.
Dulu, rakyat dibuat percaya bahwa Jokowi adalah antitesis dari elit lama—pemimpin dari rakyat jelata, bersih, sederhana, dan mengerti derita wong cilik. Tapi waktu mengikis mitos.
Kredensial pendidikannya biasa-biasa saja, integritasnya terkikis oleh kompromi politik, dan prestasinya sebagai kepala negara lebih banyak berhenti di beton dan semen, bukan pada penguatan sistem atau perbaikan kualitas manusia Indonesia.
Dan kini, panggung politik nasional dipaksa menerima babak baru yang jauh lebih sumbang: kemunculan Gibran Rakabuming Raka, sang putra mahkota.
Belum genap selesai menapaki tangga wali kota, tiba-tiba ia diangkat naik ke orbit kekuasaan tertinggi, mendampingi Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden.
Apa keistimewaannya? Rekam jejaknya tipis. Visi kebangsaannya kabur. Keahlian dalam pemerintahan nyaris tak terdengar.
Semua orang tahu: ini bukan tentang Gibran. Ini tentang Jokowi. Tentang seorang ayah yang tengah menyusun batu loncatan kekuasaan bagi putranya, dan tentang rakyat yang dipaksa menerima seolah ini adalah proses wajar dalam demokrasi.
Artikel Terkait
Bilqis 4 Tahun Jadi Lebih Agresif Pasca Diculik: Kronologi & Proses Trauma Healing
Lippo Group Diduga Serobot Tanah Jusuf Kalla, 4 Jenderal TNI AD dan AL Dituding Bekingi
Chiko Raditya Ditahan, Tersangka Kasus Video Syur AI Siswi SMAN 11 Semarang: Kronologi & Ancaman Hukuman
Viral! PBNU Kecam Keras Gus Elham, Tegaskan Dakwah Harus Jaga Martabat