Selain itu, Hasan menambahkan, tokoh nasional, Sutomo atau Bung Tomo, juga menggunakan diksi "rakyat jelata" dalam pidatonya.
"Pidato Bung Tomo, kalian searching aja pidato Bung Tomo ketika 10 November di Surabaya, kalimat pertamanya 'rakyat jelata'," ucapnya.
Oleh karenanya, ia heran lantaran pernyataan Adita kala itu dianggap sebagai bentuk penghinaan oleh warganet.
"Tapi hari ini, karena ada orang yang ya kita tidak tahu maksudnya apa, menganggap jelas atau sebagai penghinaan, kemudian diikuti oleh banyak orang, jadi benar kata-kata 'rakyat jelata' sebagai penghinaan. Tapi coba hari ini diucapkan lagi, rata-rata belum tentu sebagai penghinaan," ucap Hasan.
Diketahui, Adita pernah menyampaikan permintaan maaf karena menggunakan diksi "rakyat jelata" saat menanggapi eks Utusan Khusus Presiden, Miftah Maulana Habiburrahman, yang menghina pedagang es teh bernama Sunhaji.
Sebab, pernyataan Adita yang menyinggung "rakyat jelata" ini menuai kecaman dari warganet.
Kala itu, Adita menjelaskan definisi dari "rakyat jelata" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berarti "rakyat biasa".
Meski demikian, Adita menyadari diksi "rakyat jelata" yang dia gunakan itu kurang tepat.
Ia menilai, telah terjadi pergeseran makna dalam kata "rakyat jelata" pada era ini.
Dia pun memohon maaf kepada masyarakat yang merasa terganggu dengan diksi "rakyat jelata".
Sumber: Kompas
Artikel Terkait
Kebijakan Kontroversial Sanae Takaichi: Pernyataan Taiwan dan Wacana Ubah Prinsip Non-Nuklir Picu Protes
Wakapolri Akui Respons Polisi Lambat, Masyarakat Beralih ke Damkar
RUU KUHAP Disahkan: 6 Poin Kontroversial & Dampaknya bagi Masyarakat
Pungli Ratusan Juta di SDN 021 Tarai Bangun Terbongkar Bermula dari Guru Banting Nasi Kotak