"Ya kan ada pendukungnya yang kurang terima ketika ada kritik misalnya berkaitan dengan pengiriman siswa ke barak. Menurut saya kritik dari KPAI, kritik dari Rocky Gerung soal biopower itu legitimate itu ya."
"Ini kan urusan publik. Jangan kemudian apa yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi pasti benar, yang dikritik oleh pihak lain pasti salah," jelasnya.
Burhanuddin membaca adanya tanda-tanda Dedi menjadi kultus politik.
Ia menyebut Gubernur Lemhannas, TB Ace Hasan Syadzily sampai kapok bicara karena dibully pendukung Dedi.
"Karena tanda-tanda itu ada jadi saya mengingatkan."
"Ada ini, beberapa teman saya, misalnya Gubernur Lemhannas Pak TB Ace Hasan Syadzily, karena dulu teman kuliah saya, mengkritik Dedi Mulyadi kemudian dibully."
"Akhirnya pada takut bicara," kata Burhanuddin.
Burhanuddin mengingatkan, Indonesia pernah mengalami pengalaman buruk dari pengkultusan politik pada zaman Jokowi.
Mantan Wali Kota Solo, Gubernur Jakarta dan Presiden RI itu bahkan kini sudah dianggap nabi.
"Karena kan kita sudah belajar dari pengalaman sebelumnya. Pengkultusan itu buruk buat demokrasi."
"Kan muncul misalnya zaman Pak Jokowi. Waktu 2012 pertama kali terpilih sebagai Gubernur Jakarta. Kemudian 2014 maju presiden. Bahkan sampai 2019 pun itu masih ada sebagian kawan saya yang melihat Pak Jokowi itu bahkan kemarin ada kader PSI yang menyebut Pak Jokowi enggak kalah seperti nabi gitu kan," jelasnya.
AA
Sumber: Tribun
Artikel Terkait
Pemakzulan Gus Yahya? Kronologi Lengkap Kontroversi Israel hingga Surat PBNU
Misteri Kematian Dosen Untag Semarang: Fakta Hubungan dengan AKBP Basuki dan Peringatan Rekan
KPK Tegaskan Uang Rp 300 Miliar ke Taspen Bukan Pinjaman Bank, Tapi Hasil Rampasan Korupsi
John Micklethwait Bloomberg Sebut Joko Wikodo, Salah Ucap Nama Jokowi