PARADAPOS.COM - Presiden Prabowo Subianto tampil dengan busana adat Melayu saat memimpin upacara penurunan bendera HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu, 17 Agustus 2025. Prabowo mengenakan pakaian adat berwarna biru lengkap dengan tanjak khas Melayu yang menghiasi kepalanya.
Tanjak atau disebut juga tengkolok atau destar di beberapa daerah merupakan penutup kepala khas Melayu yang sarat makna. Bukan sekadar hiasan, tanjak dipandang sebagai simbol kehormatan, martabat, sekaligus jati diri seorang lelaki Melayu.
Makna Tanjak Melayu
1. Simbol Kehormatan dan Identitas
Sejak masa lampau, tanjak dikenakan oleh kaum lelaki terutama para bangsawan, panglima, atau tokoh adat. Pemakaian tanjak mencerminkan status sosial sekaligus menunjukkan bahwa pemakainya memiliki wibawa dan kedudukan terhormat. Tak heran jika dalam pepatah Melayu dikenal ungkapan, “Tak Melayu kalau tak bertanjak.”
2. Tanda Kejantanan dan Kesopanan
Bentuk tanjak yang tegak dan rapi melambangkan sikap disiplin, keteguhan hati, dan kejantanan. Selain itu, lipatan-lipatan tanjak juga mencerminkan nilai kesopanan dalam kehidupan bermasyarakat, mengingatkan pemakainya agar selalu menjaga tingkah laku yang santun.
3. Simbol Kepemimpinan
Dalam tradisi Melayu, warna dan bentuk tanjak juga memiliki makna tersendiri. Seorang pemimpin adat biasanya mengenakan tanjak dengan lipatan dan motif tertentu yang tidak boleh digunakan orang biasa. Hal ini menegaskan kedudukan tanjak sebagai lambang kepemimpinan dan kewibawaan.
Filosofi Warna
Setiap warna pada tanjak membawa pesan filosofis:
- Biru melambangkan ketenangan, kebijaksanaan, dan kedalaman hati.
- Merah menjadi simbol keberanian dan semangat juang.
- Hitam mencerminkan kekuatan, keteguhan, sekaligus kerendahan hati.
- Kuning atau emas menandakan kebangsawanan, kemuliaan, dan kejayaan.
Dengan nilai-nilai luhur yang dikandungnya, tanjak Melayu bukan hanya atribut budaya, tetapi juga representasi identitas dan martabat. Saat dikenakan dalam acara adat maupun peringatan kenegaraan, tanjak menjadi pengingat bahwa keberagaman budaya Indonesia adalah kekuatan yang menyatukan bangsa.
Artikel Terkait
SKANDAL Kuota Haji: Jejak Dugaan Korupsi di Balik KMA 130/2024 Rp 2 Triliun!
Dari Banser ke Menteri Agama: Yaqut dan Luka Umat Islam – “Adzan Lebih Indah dari Gonggongan Anjing”
Peluncuran Buku Jokowis White Paper Diganggu, Eks Anggota BIN Sebut Diintervensi Kubu Jokowi: Ada Peran Polisi!
Korupsi Kuota Haji: Tergerusnya Nilai Agama, Matinya Nurani Kemanusiaan!