Kritik ini menyiratkan bahwa kebijakan yang diambil pemerintah lebih fokus untuk menjaga citra baik di mata investor dan lembaga pemberi pinjaman, meski di sisi lain daya beli masyarakat terus tergerus akibat kenaikan harga kebutuhan pokok dan tekanan ekonomi lainnya.
Fakta miris mengenai beban utang ini juga diungkap Bhima dalam kesempatan yang sama.
Ia menyebut setiap bayi yang baru lahir di Indonesia kini langsung menanggung utang negara sekitar Rp32 juta.
Beban ini semakin terasa karena setiap pembelian kebutuhan bayi seperti popok dan susu formula sudah dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Kebijakan Pajak 'Berburu di Kebun Binatang'
Selain masalah utang dan anggaran, kebijakan perpajakan Sri Mulyani juga tak luput dari kritik.
Bhima mengibaratkan strategi pemungutan pajak saat ini seperti "berburu di kebun binatang."
Analogi ini menggambarkan bagaimana pemerintah terus-menerus memburu wajib pajak yang sama dan sudah patuh, tanpa upaya serius untuk memperluas basis pajak dengan menyasar kelompok kaya raya atau sektor lain yang potensinya belum tergarap maksimal.
Bagi CELIOS, strategi ini menunjukkan pemerintah hanya berani pada kelompok yang mudah dijangkau, sementara potensi besar dari pajak progresif diabaikan.
Kebijakan ini, menurutnya, secara langsung mengorbankan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah yang menjadi tulang punggung penerimaan pajak.
Di saat yang sama, mereka juga dihadapkan pada kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok, yang membuat kondisi ekonomi terasa semakin carut-marut.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Strategi PSI 2029: Dapat Dukungan Penuh Jokowi Setelah 2 Kali Gagal?
Pemakzulan Gus Yahya? Kronologi Lengkap Kontroversi Israel hingga Surat PBNU
Misteri Kematian Dosen Untag Semarang: Fakta Hubungan dengan AKBP Basuki dan Peringatan Rekan
KPK Tegaskan Uang Rp 300 Miliar ke Taspen Bukan Pinjaman Bank, Tapi Hasil Rampasan Korupsi