Bukan Memikirkan Kondisi Rakyat, Tetapi Dua Periode Anaknya

- Sabtu, 27 September 2025 | 09:20 WIB
Bukan Memikirkan Kondisi Rakyat, Tetapi Dua Periode Anaknya


'Bukan Memikirkan Kondisi Rakyat, Tetapi Dua Periode Anaknya'


Sudah dikutip oleh berbagai media pada Jumat (19/9/2025), MANTAN Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), mengungkapkan bahwa dirinya memang telah memerintahkan relawannya untuk mendukung Prabowo-Gibran dua periode.


"Sejak awal saya sampaikan kepada seluruh relawan untuk itu (dukung Prabowo-Gibran dua periode)," kata Jokowi.


Prihatin, sedih


Maaf, Pak Jokowi, banyak rakyat yang hari ini masih tidak bisa makan. Anda malah sudah memikirkan anak sendiri dua periode. Di mana hati nurani Anda?


Sebagai manusia biasa, rakyat jelata, jujur dari pikiran dan hati nurani terdalam, saya prihatin dan sedih. 


Terlepas dari berbagai "drama" tetang Jokowi dan Gibran yang dibuat oleh pihak mereka sendiri atau pihak lain. 


Saya melihat, MANTAN Presiden RI ke-7 ini malah semakin jauh dari harapan rakyat atas sosok pribadi sebagai seorang negarawan.



Tidak seperti mantan Presiden. RI yang lain, setelah pensiun, dirinya malah semakin menyibukan diri dengan lingkaran kekuasaan. 


Semakin dalam melibatkan dinastinya dalam kancah politik dan kekuasaan.


Sampai-sampai, maaf, Jokowi saya sebut hingga buta dan tuli atas kondisi rakyat negeri ini, tidak memikirkan anak-anak orang lain, anak-anak rakyat dan rakyat Indonesia yang masih terus didera kebodohan, penderitaan, kemiskinan, dan ketidakadilan.


Jokowi malah mengerahkan "Ternak Mulyono" (Termul) untuk mengawal dan mendukung Prabowo dan anaknya dua periode.


Mengapa  Jokowi yang seharusnya menikmati masa pensiunnya, malah terus terlibat dan melibatkan diri ke dalam politik praktis dengan terus memaksakan Gibran dalam lingkaran kekuasaan?


Jokowi terus memaksakan diri dengan berbagai cara karena ada kepentingan, ada itikad, dan motif untuk mempertahankan dan merebut kekuasaan. Segala upaya, strategi, dan taktik digunakan untuk meraih dan mempertahankan otoritas. 


Terus menjadi aktor politik untuk mendapatkan dukungan publik serta mempertahankan posisi puncak kekuasaan, meski melalui anaknya.


Mengapa Jokowi menjadi demikian? Semakin jauh dari figur negarawan? Ijazah pun dijadikan "komoditas" politik.


Berbagai pihak pun dilibatkan untuk mengawal dan melindungi Jokowi dari kasus ijazahnya?


Mengapa Kapolri malah menjadi seperti raja? Presiden Prabowo pun tidak berkutik, tidak menggantinya? Meski rakyat sudah berteriak meminta  Kapolri diganti.


Tetapi apa responnya? Presiden hanya menjawab dengan rencana membuat tim reformasi   polri. Kapolri malah ikutan membuat tim reformasi polri secara internal. Maaf, itu apa maksudnya?


Rakyat tahu


Maaf, Pak Jokowi, rakyat tahu, mengapa Anda masih tidak bisa istirahat dan pensiun. 


Dan, rela menjadi orang yang dicap "mencla-mencle? Mengapa Kapolri juga tidak diganti-ganti? 


Mengapa Gibran juga dipaksakan menjadi wakil presiden dengan menabrak etika dan moral? 


Lalu, mengapa semakin banyak ternaknya, termulnya? Dari mana dukungan dana untuk para ternaknya? Mengapa dengan tidak punya perasaan, Anda sudah bicara Prabowo-Gibran dua periode, padahal di periode ini saja baru berjalan sebelas bulan.

Halaman:

Komentar