Jokowi Ingin Pertahankan Kapolri? Analisis Eks-BIN: Ini Pintu Terakhir yang Harus Diamankan

- Jumat, 10 Oktober 2025 | 10:10 WIB
Jokowi Ingin Pertahankan Kapolri? Analisis Eks-BIN: Ini Pintu Terakhir yang Harus Diamankan

Pertemuan Jokowi-Prabowo: Isu Pemertahanan Kapolri Listyo Sigit Prabowo dan Kekecewaan Presiden

Pertemuan antara mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Prabowo Subianto diduga membawa agenda tersembunyi, salah satunya adalah permintaan untuk mempertahankan Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri. Hal ini diungkapkan oleh mantan anggota BIN, Kolonel Inf (purn) Sri Radjasa Chandra.

Menurut analisis Radjasa, langkah ini merupakan bagian dari upaya Jokowi untuk mengamankan "pintu terakhir"-nya di tengah berbagai tekanan hukum, seperti kasus dugaan ijazah palsu. "Jadi (agenda) yang kedua, faktor Sigit, agar diberi kesempatan untuk tetap memimpin. Hal yang mendesak, tekanan terhadap Sigit, yang merupakan ‘pintu terakhir’ buat Jokowi," ujarnya dalam podcast YouTube Abraham Samad SPEAK UP.

Meski demikian, Radjasa juga melihat adanya peluang pergantian pucuk pimpinan Polri, namun tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Ia menyebut bahwa Presiden Prabowo menyimpan kekecewaan terhadap kepemimpinan Sigit, terutama dalam menangani aksi kerusuhan beberapa waktu lalu.

Kekecewaan Prabowo disebut berawal ketika ada tuntutan agar dirinya mundur dari jabatan presiden di akhir aksi demonstrasi pada Agustus hingga awal September 2025, yang diduga berasal dari unsur PSI. Ketegangan memuncak ketika Sigit dinilai membentuk tim reformasi Polri secara sepihak, mendahului rencana Prabowo.

"Ketika dia (Sigit) tahu bahwa Presiden ingin membentuk tim reformasi... tiba-tiba dia membentuk sendiri. Itu insubordinasi," tegas Radjasa. Bahkan, tim reformasi yang dibentuk Kapolri sempat dinyatakan tidak berlaku oleh Prabowo.

Waktu pengumuman tim reformasi oleh Kapolri dinilai janggal karena mendahului rencana yang sudah diumumkan oleh Presiden.

Sumber: Suara.com

Komentar