Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, mengungkapkan bahwa dirinya tidak alergi terhadap aksi demonstrasi besar yang terjadi di berbagai daerah. Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini justru mengaku memahami kemarahan publik karena pernah berada di posisi yang sama saat reformasi 1998.
"Saya 98 hadir ikut dalam lautan demonstrasi yang ada. Sekarang gilirannya saya yang didemo," ujar Eddy Soeparno dalam acara Dewan Update di Teater Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat, 10 Oktober 2025.
Eddy Soeparno menilai suasana demokrasi hari ini sangat berbeda dengan masa pascareformasi. Menurut Wakil Ketua Umum PAN itu, jika pada 1998 masyarakat antusias terhadap partai politik hingga membuat atribut dan kaos bergambar ketua umum partai secara mandiri, kini justru bendera dan wajah tokoh partai menjadi sasaran amarah.
"Dibandingkan 98 dengan sekarang, tahun 98 pasca reformasi, euforia luar biasa di tengah masyarakat. Masyarakat kemudian membuat kain sendiri, menyablon bendera partai, beli kaos lalu disablon sendiri wajah ketum parpol yang mereka agungkan. Hari ini bendera partai, muka ketum parpol diinjak-injak?" ujarnya retoris.
Menurut analisis Eddy Soeparno, hal ini menunjukkan adanya jarak kepercayaan yang semakin lebar antara masyarakat dan partai politik. Kekecewaan publik muncul karena banyak wakil rakyat lupa pada konstituennya.
"Banyak anggota DPR lupa dengan konstituennya. Banyak yang tidak mendengarkan aspirasi, akhirnya tersangkut masalah moral dan korupsi. Masyarakat kemudian menumpuk kekecewaan dan meledak kemarin," jelas politikus senior tersebut.
Artikel Terkait
Bandara IMIP Morowali Beroperasi Tanpa Bea Cukai, Menhan Sjafrie Tegaskan: Tidak Boleh Ada Negara di Dalam Negara
Ustaz Derry Sulaiman Buka Suara Soal Laporan Perselingkuhan Inara Rusli & Insanul Fahmi
Viral Jasa Nikah Siri Rp 1,5 Juta di TikTok: Paket Lengkap, Bahaya & Peringatan MUI, NU, Muhammadiyah
Charles Holland Taylor Dipecat dari PBNU: Profil, Peran, dan Kronologi Kontroversi