Pernyataan Menkeu Soal Tanggung Jawab Danantara
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa tanggung jawab pelunasan utang Whoosh berada di bawah BPI Danantara. Danantara mengelola dividen sekitar Rp80 triliun per tahun, yang seharusnya cukup untuk menyelesaikan masalah pembiayaan utang proyek kereta cepat tanpa harus menggunakan dana APBN.
Profil dan Pembiayaan Proyek Kereta Cepat Whoosh
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) menelan investasi hingga 7,2 miliar dolar AS, dengan pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dolar AS dari target awal 6 miliar dolar AS.
Dari jumlah pembengkakan biaya tersebut, 60% (sekitar 720 juta dolar AS) dibebankan kepada konsorsium Indonesia, sementara 40% (480 juta dolar AS) dibebankan kepada konsorsium China.
Struktur pembiayaan Whoosh terdiri dari:
- 25% melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) KAI senilai Rp3,2 triliun
- 75% dari pinjaman ke China Development Bank (CDB) sebesar 542,7 juta dolar AS
Proyek Whoosh dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN Indonesia (60% saham) dan perusahaan China, China Railway International Co. Ltd. (40% saham).
Pemegang saham dari konsorsium Indonesia terdiri dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) 58,53%, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 33,36%, PT Perkebunan Nusantara I 1,03%, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk 7,08%.
Foto: Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: ANTARA)
Artikel Terkait
Sejarawan Sorot Tayangan Trans7: Benarkah Ini Ajaran Kesopanan dalam Islam?
Proyek Ambisius Jokowi: Warisan yang Dipertanyakan atau Langkah Visioner?
Viral! Foto Pelaku Bully Timothy dan Video Permintaan Maaf yang Bikin Geram
Timothy, Aktivis Unud Meninggal Dunia: Awalnya Di-bully, Ternyata Pejuang Kampus yang Inspiratif!