Menanggapi tudingan tersebut, pihak sekolah melalui Kepala SMP, Amaroh, membantah keras. Amaroh menegaskan bahwa Gina tidak pernah dikeluarkan secara resmi dari sekolah. Justru, pihak sekolah telah berupaya membujuk Gina dan keluarganya agar tetap melanjutkan pendidikan.
“Gina tetap berada di sekolah. Tetapi karena kehendak orang tuanya, dia ingin pindah. Kami sudah melarang, namun akhirnya Gina tidak melanjutkan sekolah,” jelas Amaroh.
Mimpi Besar di Balik Kepedihan
Di balik konflik dan tekanan yang menghimpitnya, Gina ternyata masih menyimpan harapan dan cita-cita yang besar. Remaja ini bercita-cita menjadi seorang guru. Impiannya itu lahir dari keinginannya yang tulus untuk membantu anak-anak lain yang mungkin mengalami perundungan serupa seperti yang dia alami.
Kisah Gina Dwiartika ini menjadi potret nyata betapa stigma sosial masih menjadi penghalang besar bagi anak-anak untuk mengakses pendidikan, serta pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan bebas dari perundungan.
Artikel Terkait
Bahlil Klaim Listrik Aceh Pulih 97%, Warga Protes: Faktanya Masih 60% Gelap Gulita!
Kronologi Lengkap Mobil MBG Tabrak Siswa di Cilincing: Kecepatan 19,7 Km/Jam dan Sopir Salah Injak Pedal
Gadis 16 Tahun di Blora Diduga Jadi Korban Salah Sasaran Polisi: Kronologi Lengkap & Dugaan Pelanggaran Prosedur
Kebakaran Terra Drone 2025: Kaitan Maut dengan Pemetaan Sawit Ilegal dan Bencana Sumatera