"Dan anak bilang, 'Mak, ayam,' katanya," kenang Melda dengan suara bergetar.
Dengan berat hati, Melda tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa menghibur anaknya dengan janji yang belum pasti.
"Nanti tunggu ayah pulang, ayah pulang, iya bawa ayam."
Momen tersebut menjadi simbol puncak keterpurukan mereka. Seorang ibu yang sudah berjuang keras dengan menjual cabai dan tidur di kaki lima, ternyata tidak mampu memberikan lauk yang layak di momen spesial seperti sahur pertama Ramadan. Perjuangannya terasa sia-sia ketika ia tidak bisa melindungi anak-anaknya dari kenyataan pahit kemiskinan.
Kisah Melda Safitri ini membuktikan bahwa penderitaan terberat dalam kemiskinan seringkali dirasakan bukan dari diri sendiri, melainkan melalui permintaan tulus dari mata polos seorang anak yang hanya menginginkan sepotong ayam di meja makan. Sebuah memori pahit yang akan selalu melekat sebagai pengingat betapa berharganya setiap rezeki yang ia perjuangkan.
Sumber: Artikel Asli
Artikel Terkait
Melda Safitri Bantu Suami dari Nol, Belikan Baju Korpri Hasil JgoJualan Cabai & Sayur
Dedi Mulyadi Bongkar Fakta Mengejutkan: Sumber Air Aqua Ternyata Tak Sepristine Iklan!
Viral di Purbaya! Demul Numpang Beken, Ini Fakta di Baliknya
Heni Mulyani Mantan Kades di Sukabumi Senyum Lebar Usai Korupsi Uang Desa Rp 500 Juta