Agus menambahkan, Jokowi bercerita tentang momen kunci yang mempengaruhi keputusannya, yaitu pengalamannya mencoba langsung kereta cepat di Tiongkok.
"Waktu saya di Beijing, saya diajak naik itu ke Shanghai, cepat sekali dan bagus, enak sekali. Presiden Tiongkok Xi Jinping bertanya, 'Bapak mau?' Saya bilang 'Mau.' 'Mau dibantu?' Ya sudah," ujar Agus menirukan percakapan antara Jokowi dan Xi Jinping.
Perbandingan Model Kerja Sama: Jepang vs. Tiongkok
Agus pun menjelaskan perbedaan mendasar antara model kerja sama yang ditawarkan Jepang dan Tiongkok.
"Kalau kita bicara loan Jepang itu memang detail banget dan ribet, tapi setelah selesai ya beres kayak MRT. Kalau Cina kebalikannya, gampang di depan, sekarang susahnya di belakang," katanya.
Ia menegaskan bahwa Jepang sebenarnya telah melakukan studi awal yang sangat komprehensif. "Jepang sudah bikin studi lebih dulu, satu buku tebal, dan itu dikasihkan, tapi akhirnya dibongkar sama Cina karena dianggap lebih murah. Bunganya waktu itu cuma 0,1 persen, dan break even point-nya 40 tahun," ungkap Agus.
Kini, setelah proyek terbukti menimbulkan beban finansial yang besar, Agus menyatakan bahwa ia hanya bisa mengingatkan kembali peringatan yang telah disampaikannya hampir satu dekade lalu. Saat itu, ia menyatakan bahwa Indonesia belum membutuhkan kereta cepat, dan keputusan tersebut diambil tanpa perhitungan matang terhadap biaya serta dampaknya terhadap ekonomi nasional.
Sumber: https://rmol.id/read/2025/10/27/684582/jokowi-tergiur-tawaran-xi-jinping-demi-proyek-kereta-cepat-
Artikel Terkait
KPK Dalami Dugaan Korupsi Proyek Kereta Cepat Whoosh: Jokowi & Luhut Diperiksa?
Ibu Vina, Tetangga Melda Safitri, Dapat Hadiah Umrah Gratis: Kisah Haru Kebaikan Hati yang Terbalas
90 Juta Lapangan Kerja Baru! Menkominfo Meutya Hafid: Inilah Peluang yang Dibawa AI
Derita Siswi SMP: Jualan dan Gendong Adik Down Syndrome Demi Sekolah, Netizen Terharu!