Baca Juga: TPPAS Lulut Nambo Ditargetkan Beroperasi Penuh pada Maret 2024
Kemudian Menkeu memberikan contoh emosional di dalam kehidupan sehari-hari.
"Di dalam kehidupan sehari-hari saja, boleh mau berantem sama temen, mau sama orang tua, sama kakak adik, sekali sangat emosi, meledak saja, dan itu yang terjadi, biasanya itu merusak saja kalau emosional," jelas Sri Mulyani.
"Makanya, saya menyatakan dalam forum ini mendikte dengan mengatakan data, ini adalah permulaan yang baik, kebiasaan yang baik. Negara yang mau baca data, itu biasanya rasionalitasnya menjadi terlatih, emosinya menjadi bisa dikelola," katanya.
Baca Juga: RI dan Vietnam Kerja Sama Bidang Industri, Termasuk Kendaraan Listrik
Sri Mulyani juga mengatakan, sosok orang yang tak mahir membaca data sangat mudah terprovokasi.
"Orang yang nggak bisa baca data, mudah sekali diprovokasi. Kasih sedikit di klik-klik, emosi. Mengilik emosi itu gampang banget, entah karena sentimen suku, agama, ras, nasionalisme, ketidakadilan, itu sangat mudah memprovokasi. Dan sekali anda masuk ke dalam perangkap emosi, ya sama seperti kehidupan sehari-hari kalau anda tiap hari emosi terus, orang juga melihat kalian udah ogah gitu. Ini manusia labil banget sih, tidak bisa diandalkan atau tidak bisa diajak ngomong," ungkapnya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: naratimes.com
Artikel Terkait
Kerangka Manusia Kwitang: Polda Metro Jaya Ambil Alih Penyidikan, Ini Update DNA Terbaru
Hutama Karya KSO Borong Proyek Jalan Papua Rp 4,8 Triliun, Target Rampung 2027
Zohran Mamdani Kuliah di Bowdoin College: Profil dan Pendidikan Calon Wali Kota New York
Kasus 2 Kerangka di Kwitang Diambil Alih Ditreskrimum, Polisi Tunggu Hasil DNA