Pasalnya video yang beredar menyebut Jakarta mengalami kelumpuhan akibat gempa megatrhust.
Kabar kelumpuhan Jakarta akibat gempa megatrhust, diambil dari penggalan pernyataan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
Dengan beredarnya video tersebut, pihak BMKG meluruskan fakta yang sebenarnya.
Dwikora mengatakan rekaman tersebut merupakan saat dirinya rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR-RI pada Kamis, 14 Maret 2024 di Senayan Jakarta.
"Itu adalah rekaman saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR-RI pada hari Kamis tgl 14 Maret 2024 di Senayan Jakarta," kata Dwikora dikutip dari laman bmkg.go.id.
"Saya tengah memberi penjelasan kepada anggota dewan mengenai alasan perlunya pembangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System - InaTEWS) di Bali," tambah Kepala BMKG.
Lumpuh yang dimaksud adalah terputusnya jaringan komunikasi sehingga diantisipasi dengan membangun Gedung InaTEWS sebagai fungsi back up/cadangan di Bali.
Sebab, dalam skenario terburuk, gempa megathrust berkekuatan M 8.7 akan melumpuhkan operasional InaTEWS BMKG di Jakarta.
Artikel Terkait
Prabowo Janji Hadiah ke Menkeu Purbaya Jika Ekonomi RI Tumbuh di Atas 5,5 Persen
KPK Periksa 10 Saksi Kasus Dugaan Gratifikasi & Pencucian Uang Dana CSR BI-OJK
Sidang Etik DPR: Kronologi Joget Uya Kuya dan Eko Patrio Diungkap Saksi
Gempa M 6,3 Guncang Afghanistan, 20 Tewas dan 320 Luka-luka